Cerita Hantu Menyeramkan "Forest Of Death Season 1" ~ Selamat Datang di Blog Facebook, kali ini saya admin blog ini mau bagikan Cerita Hantu Menyeramkan yang berjudul "Forest Of Death" cerita hantu ini akan memiliki 3 season cerita, yang kali ini saya mau berikan adalah Season 1 dari Forest Of Death yang bisa kamu baca selengkapnya dibawah ini.
Oke teman-teman langsung saja kamu baca Cerita Hantu Menyeramkan "Forest Of Death Season 1" yang dijamin bakal bikin bulu kuduk kamu semua berdiri karena menakutkan dari cerita hantu berikut ini:
Forest Of Death Part 1
17 februari 2012
Aku terbangun di sebuah tempat yang bahkan tidak aku kenali ,
“dimana aku “ ucapku sembari melangkah di tengah tengah pohon yang menjulang tinggi, di iringi kabut yang tebal menemani sepanjang perjalananku ini,
Usiaku masih 21 tahun dan kini aku berjalan di tempat yang tidak pernah aku kenali sebelumnya.
Di dalam langkahku aku yakinkan bila hari ini masih pagi buta , kurasakan dingin suasana yang benar benar menusuk tulangku,
Aku terus berjalan hingga langkah ku terhenti di sebuah pohon besar , dengan rindangnya pohon itu berdiri di hadapanku, aku menatap lama pohon itu sebelum aku benar benar berjalan melewatinya..
Kini aku melangkahkan kaki ku menjauhi pohon itu, namun untuk sejenak aku mendengarkan nama ku seolah baru saja ada yang memanggilnya.
Aku terdiam menatap sekeliling namun tak ku temui apapun, ini dimana” tanyaku masih bingung dengan tempat ini,
Hingga aku melihatnya seorang gadis kecil dengan pakaian putih menatapku dengan senyuman yang manis , aku menatapnya lama ,
Hingga dia tertawa dengan tawa yang riang berlari menjauhiku dan masuk ke dalam sela kabut yang sangat tebal,
Aku mengejarnya,
“Hai tunggu , “ teriak ku mengejar gadis kecil itu,
“Hahahaha” suara riang tawa di dalam kabut masih santer aku dengar ,
Aku terus berlari menembus kabut tebal itu hingga langkahku terhenti di atas sebuah papan jembatan dimana aku berdiri di sebuah hulu Danau ,
Aku semakin bingung dengan Danau ini,
Air yang tenang di iringi kicauan burung gagak menambah kesan mencekam tempat ini,
Aku terdiam dan sesekali ku lihat sekeliling hingga gadis itu tepat berdiri di belakangku,
Ku tatap dia dan aku mendekatinya ,
“dimana ini”
Namun gadis itu menatapku dengan sangat dingin ekspresi itu tampak sangat berubah dari pertama aku melihatnya,
Dan kemudian dia berjalan mendekatiku, tak ku temui perasaan takut sama sekali bahkan sesekali aku melangkahkan kaki ku di hadapanya,
Hingga dia berdiri tepat di depanku,
“Kakak tolong”
Aku terdiam merasakan keanehan gadis ini, di sekujur tubuhnya banyak ku temui luka yang sudah membusuk di temani lalat yang menjijikkan dia mengulurkan tanganya,
Aku menatapnya dengan ragu apakah aku akan menyambut uluran tangan itu.
Namun tiba tiba dia menatapku sangat tajam sembari memintaku untuk mendekatkan kepalaku di bibirnya seolah dia akan membisikkan sesuatu,
“kakak gantikan aku ya”
Aku menatap wajah itu setelah mendengarkan kalimat itu,
“apa maksutmu”
Dan senyuman itu adalah senyuman terakhir yang aku lihat dari wajah gadis kecil itu. Karna tiba tiba gadis itu mendorongku hingga terjatuh di danau itu.
Byuuuuurrr!!!!
Ku rasakan diriku tenggelam , namun perlahan aku mencoba untuk tenang dan berenang ke permukaan dari dalam air sekilas aku melihat wajah gadis itu tertawa kegirangan ,
“apa yang di lakukan gadis itu” aku berbicara di dalam hati.
Saat aku akan mencapai ke permukaan tiba tiba ku rasakan sentuhan dari kaki ku , ku lihat ke dalam air apa yang menyentuhku ,
Aku terkejut melihat seorang wanita tua yang tertawa dengan mulut di penuihi gigi yang menyeramkan melihatku dan berusaha menarik kaki ku,
Melihat itu aku terkejut dan berusaha berenang secepat mungkin namun wanita tua itu lebih cepat dariku , dia menarik kaki ku , sesak nafasku akibat jantung yang berpacu dengan sangat cepat membuatku merasakan ketakutan yang luar biasa ,
“lepaskan” erangku di dalam air , dan meronta untuk agar di lepaskan namun wanita tua itu menarik kaki ku semakin dalam ,
Aku berusaha menendang dan akhirnya aku lolos , aku berhasil sampai di permukaan dan berusaha berenang ke tepian.
Sosok wanita tua itu juga sudah tidak aku lihat lagi, di tepian sungai gadis itu menatapku semakin sinis,
“apa yang aku lihat tadi, ada apa di danau ini”
Ke anehan itu mulai ku rasakan ada yang aneh di dalam hutan ini, dan siapa sosok gadis kecil itu . dan siapa wanita tua itu.
Hutan yang aneh ini membuatku tidak nyaman di sela aku menuju ke tepian gadis itu menunjuk sesuatu di belakangku,
Ketika ku lihat , sebuah semburan air di iringi keluarnya sebuah tangan yang penuh dengan urat muncul dan mencekik ku hingga masuk ke dalam air kembali,
Aarggh” aku merintih menahan sakit itu dan ternyata wanita tua itu yang melakukanya hanya saja ku lihat sesuatu di pungungnya , seperti kepala pelontos namun apa itu.
Hingga aku menarik rambut wanita tua itu , namun tiba tiba aku tersentak dari dalam ranjangku..
“AAAArgghhh”
Aku terbangun dari dalam selimutku,
Aku menahan sakit di kepalaku,
Ini adalah kali ke 3 aku bermimpi ini, dimana aku sebenarnya ..
Mimpi ini benar benar mengangguku..
Siapa mereka ”
Untunglah itu hanya mimpi ku tenangkan diriku hingga kusadari ada yang aneh di tanganku
“apa ini”
Aku terkejut melihat sebuah rambut putih di tanganku, aku teringat akan mimpi itu, segera aku melepaskan rambut itu,
Ada apa ini” hati ku sudah mulai tidak tenang ketika melihat rambut itu di tanganku ,
Memang di dalam mimpi itu aku menarik rambut wanita tua itu namun bagaimana aku bisa membawa rambut itu ke dalam dunia ku .
Apa yang sebenarnya terjadi disini, sesuatu yang buruk akan menimpaku”
*******
18 Februari 2012
“Nanda itu hanya mimpi kenapa kamu memikirkanya “ ucap temanku Nathan berusaha menenangkan diriku,
“tapi ini adalah ke 3 kalinya aku memimpikan hal yang sama , aku merasakan ada yang buruk yang akan menimpaku . aku dapat merasakanya” teriak ku sembari memegang kepalaku,
“tapi itu tetap mimpi kan, tenang lah mungkin ini semua karna tugas kuliah mu yang sudah menumpuk hingga membuatmu kelelahan dan memimpikan itu” Nathan bahkan mengambilkan aku air minum,
Saat aku akan menyentuhnya tiba tiba..
Pyuaaarrr!! Gelas berisikan air itu terjatuh .
“aku yakin aku akan mengalami hal buruk tidak salah lagi” aku semakin yakin dan menatap ke Nathan .
“tidak kau tidak akan mengalami hal buruk , sudahlah aku mengenalmu sejak kecil jadi kalau ada yang mengganggumu bicara lah denganku .. ayo berangkat lah ke kampus aku masih banyak kerjaan” ucap Nathan dengan membelai rambutku,
Aku pun mulai berjalan ke kampus,
Nathan adalah teman terbaik di dalam hidupku , sejak kecil kami sudah bersama namun kini aku tidak menyangka sudah manjadi dewasa seperti ini.
Sejak kecil Nathan sudah tau tentang ke anehan yang aku miliki, aku memang aneh karna aku sering melihat hal yang tidak dapat aku katakan , bahkan aku masih ingat saat Smp aku berhasil membuat guruku menangis setelah ku tunjukkan sebuah makhluk penghuni kelas ku itu yang membuatku di jauhi oleh semua temanku karna aku aneh, namun tidak Nathan dia semakin dekat denganku bahkan dia berjanji akan menjagaku .
Aku sungguh tertolong kehadiranya. Kehadiranya yang menyelamatkan aku dari kesepian.
Kini aku sudah masuk ke sebuah Universitas dan aku menyembunyikan siapa diriku sebenarnya.
Aku tidak mau semua teman kuliahku menganggapku anak yang aneh dan menjauhiku karna aku sudah muak dengan caci mereka yang mengatakan aku adalah anak iblis bahkan keluargaku pun tidak tau akan kelebihanku yang dapat membuat mereka mungkin juga ketakutan.
Kini Nathan bekerja di sebuah bengkel kecil dan tidak melanjutkan pendidikanya karna dia anak yang suka dengan kebebasanya, sebenarnya sudah lama aku memendam perasaan suka sama dirinya namun aku tidak berani mengatakanya karna aku takut dia akan menolak ku hingga kini Nathan sudah memiliki kekasih perasaan suka itu masih tersimpan rapi di dalam hidupku,
Biarkan ku simpan perasaan itu hingga waktu yang akan menjawanya..
“Nanda tunggu” teriak temanku Febri di ikuti Livia.
Aku berbalik dan tersenyum melihat temanku di kampusku ini yang berjalan mendekatiku,
“cepet banget sih jalanya” gumam Febri yang melihatku.
“kamu udah mengerjakan skripsi mu “ tanya Febri kepadaku,
“udah “ jawabku singkat .
“kalau begitu kita boleh dong lihat “ ucap mereka bersamaan ‘
“haaa lihat atau mau nyontek “ lirik ku sembari menatap mereka
Dan teriakan temanku yang lain mengalihkan perhatianku.,
“Hai, ngapain ni kumpul kumpul kok gak ngajak ngajak ..” ucap Aris kepada kami,
Dan ini adalah teman ku yang lain namanya adalah Aris , Dwi dan yang terakhir adalah Ovan .
Sejak aku masuk ke kampus ini Ovan lah teman pertama yang aku kenal, anak pendiam namun mempesona , atlet basket di kampusku yang sudah memiliki Fans yang cukup banyak ,
Namun aku hanya menganggapnya teman meski dia memperlakukan aku sedikit lebih istimewa.
Kami pun berkumpul di Kantin..
“musim panas ini ngapain ni kalian “ ucap dwi membuka percakapan .
“gak tau , gak ada ide “ jawab Febri dengan nada cueek.
Kami pun bercakap cakap bertanya tentang masa liburan musim panas kami yang akan segera di mulai,
Hingga Ovan yang pendiam tiba tiba mengatakan itu,
“gimana kalau kita kamping untuk mengisi liburan , kan lumayan kita bisa sedikit mengenal alam “ ucap Ovan dengan nada cool nya ..
Aku sedikit meneguk es jeruk yang ada di meja ku.
“ayo.. wah pasti seru” ucap Febri dengan nada bersemangat
Aku tersenyum dan mengatakan dalam hati,
“dasar kalau Ovan yang bicara aja dia kaya gitu, Feb Feb!!”
Febri sebenarnya suka sama Ovan hanya itu yang aku tahu karna aku pernah mendengar Febri bercerita tentang Ovan,
“oke juga ide nya” jawab Aris sembari memakan keripik kentang itu.
“aku setuju “ sahut Livia .
Hingga semua mata tertuju padaku,
“kalau kalian setuju , oke lah “ jawabku dengan nada sedikit ragu.
“kalau begitu kita semua sudah setuju ya, kebetulan bokap ku punya teman yang memiliki pondok di sebuah hutan yang indah , disana ada danau dan air terjunya , yang jelas tempatnya masih terjaga dan di jamin alam nya bakal kerasa” ucap Ovan .
“tunggu dulu , Hutan , danau kenapa tempat itu seperti tidak asing di telingaku”
Ucapku lirih.
“wah pasti seru .. oke kapan kita berangkat,, kan minggu depan liburan di mulai”
Teriak Ferbri menambah gaduh suasana itu.
“minggu depan saja ya” ucap Ovan
Dan serempak mereka menjawab “Setuju”
Aku terdiam menahan rasa takut itu,
******
di dalam rumah aku termenung memikirkan liburan itu,
“kamping di Hutan entahlah apa kah ini rencana yang bagus . aku merasakan firasat yang buruk”
Aku menatap sebuah jendela, dimana bertengger burung gagak melihatku seakan ada yang dia lihat pada diriku ,
Kemudian terbang entah kemana,
“gagak , bagaimana gagak bisa ada disini”
Aku brusaha meneangkan diriku di dalam kamar mandi ku, aku rebahkan diriku di atas bak mandi ku tanpa aku sadari aku terlelap dalam mimpiku,
Namun bukan sebuah ilusi yang aku lihat melainkan suara teriakan yang memekikkan telingaku, tubuhku gemetaran menahan rasa takut itu, di sela teriakan itu aku mendengar gadis tertawa ., suara itu aku mengenalinya” ucapku dalam hati hingga ku buka mataku ,
Dan aku terdiam melihat itu, air di dalam bak mandi ku berubah menjadi merah darah aku menjerit sekuat tenaga
“Aaahhhhhh” dan sosok itu pun muncul dari dalam bak mandi itu,
Seorang Wanita yang memiliki pungguk tertutup sebuah kain menatapku sangat tajam aku hanya bisa diam bahkan mulutku tidak dapat bergerak menyaksikan nya di depanku,
Aku sudah tidak bisa mengatakan bagaimana takutnya aku , bagaimana jantungku berdetak bahkan entah aku tidak tau apa yang aku lihat ini.
“wes wayae anak ku lahir ing dunyo iki “
Sosok itu mengatakan itu di depanku ,
Apa yang dia ucapkan , apa maksutnya”
Sosok itu mengunakan bahasa jawa yang aku tahu dia mengatakan akan lahirnya seseorang yaitu anaknya,
“ada apa ini apa hubunganya denganku”
Dan aku tersadar bila itu hanya mimpi, aku beranjak dan bangkit untuk pergi dari kamar mandi itu, segera aku menuju ke rumah Nathan ku ceritakan semua , dan Nathan terdiam mendengar ceritaku sembari memberikanku sebuah kopi hangat,
“jadi maksutmu sosok makhluk itu menggunakan bahasa jawa, dan dia mendatangimu”
Aku hanya mengangguk menatap Nathan ,
“dan sosok itu adalah wanita tua yang ada di dalam mimpimu”
Aku mengangguk kan kepalaku mendengar setiap ucapan Nathan ,
Nathan terdiam kemudian mengatakan itu,
“mungkin lebih baik kau urungkan niat mu untuk pergi kamping bersama teman temanmu , karna sekarang aku juga merasakan ada yang tidak beres tunggu hingga aku mencari apa yang sebenarnya terjadi”
Malam itu aku pulang dan merebahkan kepalaku di ranjang, aku tidak ingin memejamkan mataku karna ketakutan itu masih sangat aku rasakan ,
Hingga suara handponku membuatku terkejut.
Tutututuututut”
Ku angkat segera handponku dan ternyata dia adalah Ovan,
“hai maaf sudah menganggumu , aku hanya ingin memberi tahu mu kalau sabtu hari kamis kita akan berangkat , nanti aku akan jemput kamu dengan teman teman kita gunakan mobil ku ya”
Aku hanya diam karna aku masih ragu dengan apa yang akan aku lalui ,
“halo” teriak Ovan yang tidak mendengar jawabanku,
Dan seketika ku matikan handpone ku,
“owh tuhan apa yang sedang akan aku alami ini, siapa makhluk itu .. untuk apa dia mengatakan itu padaku”
*****
25 Februari 2012.
Pagi itu aku masih terdiam di dalam rumahku,
Hingga bel rumahku berbunyi, dan kulangkahkan kaki ku ke pintu itu,
“Nanda” teriak Febri dari balik pintu itu, dan ku buka pintu itu.
“Hai, bagaimana kamu sudah mempersiapkan semuanya”
Tanya Ovan menatapku.
“aku tidak mau ikut “ jawabku singkat.
“kenapa” tanya Ovan dengan nada sedikit memaksa,
“aku tidak bisa ikut karna aku ada urusan “ ku katakan itu dengan tatapan kosong. Aku berusaha membuat alasan yang akan menghindarkan aku dari liburan itu,
“kamu gak bisa gitu dong Nan, kita udah janji berangkat kok tiba tiba kamu batalin gitu, gak bisa kamu harus ikut” teriak Livia dengan nada marah ,
Dan di sela perdebatan itu aku melihat sejenak angin dingin merasuki tubuhku dna aku terhenyak diam melihat seekor gagak kembali bertengger di pohon samping jalan rumahku,
“burung itu lagi” aku terdiam ,
Hingga tiba tiba aku tidak sadarkan diri, sejenak semuanya sudah menjadi gelap,
“dimana aku , kenapa aku disini. Apa yang sebenarnya aku lihat ini..
Forest Of Death Part 2
Kembali aku berdiri di sebuah Hutan itu, kali ini aku melihat sebuah pondok tua.
“sebenarnya apa yang ingin di tunjukkan padaku, apa yang ingin mimpiku tunjukkan padaku”
Hingga petir menggelegar bak suara yang merasuk ke dalam tulangku, dan hujan mulai menetes ..
Aku yang ketakutan berlari masuk ke dalam pondok tua itu, ku buka pintu itu dan kulangkahkan kaki ku dengan ragu, namun “Brakakkakaka!!! Pintu tertutup dengan sendirinya membuat bulukudukku berdiri kencang”
Namun segera tak ku hiraukan aku melangkahkan kaki ku untuk masuk ke dalam pondok itu.
Sesekali klu ucapkan salam pada penghuni pondok itu namun tidak ada jawaban apapun,
“halo, apa ada orang !!”
Aku terus melangkah namun langkahku terhenti ketika ku lihat sebuah kertas di atas meja , aku melangkahkan kaki ku di iringi petir yang mengelegar dan hujan semakin lebat , awan mendung hitam mewarnai hari ini sehingga aku tidak tau dimana aku berada.
Aku mendekati kertas itu,
“Lawas dunyo ingkang sawilangan , kewan kewan podo mlayu amergo teka ne pangandaling nyowo.
Awak lan rogo ra isok di kendalake , batin mati sak mati ne .”
Sebuah sair bahasa jawa, menceritakan tentang apa,
Tulisan itu seolah menggambarkan sesuatu , “pangandaling nyowo” artinya “yang mengendalikan nyawa”
Apa arti sair ini,
Bahasa jawa memang di gambarkan sebagai bahasa sair , dimana pada jaman dahulu jawa mampu menguasai nusantara namun aku ada di mana ini, apakah aku ada di hutan yang bertempatkan di tanah jawa.
Hingga tiba tiba aku mendengarkan sebuah senandung suara anak kecil,
“siji loro telu,
Ojok tekani soko suoro ,
Ingkang ati dadi saliro.
Mati urip dadi perkoro,
Yen menungso podo ra ngerti,
Maksut dunyo ngangge pangurupan,”
Suara itu darimana .. aku berdiri di sebuah kamar , yang sangat berantakan perlahan lahan bau amis darah aku dengarkan,
Hingga mataku tertuju pada sebuah tembok gubuk yang sudah rusak, dan suara itu berasal dari sana, ku dekati dengan langkah hati hati, jantungku sudah sangat ketakutan mendengar lirik itu,
Dan ku intip sebuah sosok seorang anak dengan kaki terpasung , wajah itu tertutup rambut hitam yang sangat panjang ,
Aku terus melihat sosok itu hingga lirik itu berhenti tepat saat sosok itu mulai mengerakkan kepalanya menuju kearah ku, segera aku bersembunyi dan menutupi diriku di balik sebuah tembok gubuk itu .
“apa itu!! Apa makhluk itu melihatku” ku hembuskan nafas yang memburu, dadaku sesak menahan kegugupan itu.
Dan ku beranikan melihat sosok itu kembali, dan saat aku akan melihatnya.
“AAAAaahhhhhhhhhhh” sosok itu ada di depan mataku, mata itu , mata putih tanpa pupil menatapku dengan mulut di penuhi darah, sontak aku terjatuh dan mundur dari tempat itu,
“Mati koen kudu mati , “
Aku terus merangkak mundur menyaksikan makhluk itu yang terkurung dengan rantai di kaki dan tanganya, seolah makhluk itu di pasung,
“apa maksutnya aku harus mati”
Dan saat aku akan berbalik , tiba tiba langkahku terhenti ketika menabrak sesuatu.
Aku menatap ke seseorang yang tengah berdiri di belakangku,
“ndok , aku wes suwe ngenteni koe , sak iki wes wayae ndok”
Dan seketika “duarraraa” petir menyambar dengan kerasnya,
Dan aku tersentak dari tidurku, ku dengarkan sebuah suara mobil yang tengah mendaki jalanan beralaskan tanah,
Ku lihat ke jendela aku berada di sebuah mobil , dan ku tatap sekeliling ,
Febri, Livia , Dwi, Aris dan Ovan menatapku dengan ekspresi yang aneh.
“Nanda kamu kenapa” Tanya Febri sembari menghapus keringatku.
“dimana aku , kenapa aku disini!! Bukankah aku sudah bilang aku tidak mau ikut!!!”
Wajah mereka semakin penasaran mendengarkan jawabanku.
“apa maskutmu” Ovan bertanya sembari mngerem mobilnya..
“kenapa kalian membawaku kesini , bukankah aku sudah mengatakan kalau aku tidak mau ikut!!!”
Teriak ku dengan nada parau karna kemarahanku sudah tidak terbendung lagi.
“aku tidak tau maksutmu nan, kita gak maksa tapi kamu sendiri yang tiba tiba berubah pikiran dan memutuskan untuk ikut” jawab Livia dengan nada tenang itu sembari memeluk tubuhku,
“ya, kamu sendiri kok yang memutuskan untuk ikut emang kamu gak ingat ,. Apa gara gara tidur barusan itu !!” jawab Aris membantu Ovan dan Livia meyakinkan aku.
“tidak mungkin , tidak mungkin aku berubah, tapi aku tidak ingat apa apa!! Apa benar aku mengatakan berubah pikiran dan memutuskan untuk ikut”
Ku ambil sebuah sapu tangan di saku jaketku, hingga ku dapati kertas di mimpiku itu,
“kertas ini, bukankah ini adalah kertas itu”
Selama ini aku memang terlahir di Bandung namun aku memilki ikatan yang kuat dengan jawa, karna kedua orang tua ku asli berdarah jawa, aku memang tidak menguasai bahasa jawa apalagi yang masih berlogatkan kuno,
Namun tulisan di kertas ini seolah sedang menunjukkan sesuatu dan aku tau bila ada kaitanya dengan ku dan hutan misterius itu,
Ku ambil handpone ku dan ku coba hubungi Nathan namun suasana di jalanan beralaskan tanah itu membuatku kesulitan karna signal yang sulit,
“dimana kita” tanyaku menatap semua orang yang masih curiga dengan sifat keanehan yang aku tunjukkan ,
“kita sedang di perjalanan menuju ke tempat kita kamping kenapa memangnya” Tanya Dwi kepadaku.
“kenapa tidak ada signal sama sekali” tanyaku kembali,
“tentu saja tidak ada ini kan lokasi pegunungan tentu saja sulit mendapatkan Signal memang kamu mau menghubungi siapa” Tanya Aris
“aku mau pulang” ucapku singkat dan membuat semua orang menatapku.
“apa . pulang !! apa kau gila “ teriak Febri yang menatapku.
“aku mau pulang !!” jawabku kembali sembari menatap jalanan yang membuat ku semakin ketakutan ,
“tidak bisa Nan, kita udah jauh .. masa kita harus pulang lagipula ada apa sih denganmu , apa yang terjadi denganmu!! Kenapa tiba tiba kamu berubah seperti ini, haaa.”
Teriak Livia dengan ekspresi marah kepadaku.
“aku tidak mau bicara yang jelas aku mau pulang, bila kalian tidak mau mengantarku turunkan aku disini saja!!” ucapku memaksa Ovan segera menurunkan aku.
“apa kau gila , ini adalah tempat yang jauh di pedalaman tidak ada kendaraan disini yang bisa di pakai , kamu mau pulang dengan apa” Tanya Ovan sedikit membujukku.
“yang jelas aku mau pulang!!” aku tetap memaksa untuk turun,
“owh, kalau begitu turunin aja deh nie anak aneh, biar aja dia pulang sendirian biar dia atu rasa ,emang dasar resek nie anak ..” teriak Febri yang mmebuatku terpancing dengan ucapanya,
“anak aneh” ucapku lirih dan ku lihat Febri,
“apa maksutmu mengatakan itu” tanyaku pada Febri.
“kau itu aneh , kenapa coba tiba tiba kau seperti itu bukankah kau sendiri yang minta akhirnya untuk ikut, tiba tiba kau berubah seperti ini, apa ada sesuatu yang kau sembunyikan” Tanya Febri yang melihat tanganku gemetaran.
“sudah, jangan bertengkart lagi aku mohon kita datang kesini untuk bersenang senag bukan untuk bertengkar” ucap Ovan
“Nanda aku mohon, ini adalah liburan kenapa tiba tiba kamu seperti ini. Apa yang kau takutkan sebenarnya, aku janji kami akan menjagamu . dan tidak akan terjadi apa apa ya”
Ucap Livia sembari mengenggam tanganku.
“tapi aku takut “ ucapku ketakutan ,
Dan Livia memelukku,
“ayo lanjutkan gi Van perjalananya , “ ucap Livia mengatakan itu pada Ovan dan akhirnya perjalanan pun di lanjutkan.
*****
Kini kami sudah mulai masuk ke dalam sebuah hutan yang rimbun dengan pepohonan, dan seperti di pegunungan biasanya kabut mulai gelap menutupi jalanan yang mendaki itu, aku masih terdiam dalam pelukan Livia,
“sepertinya akan turun hujan” ucap Dwi kepada semuanya.
Ovan mempercepat laju mobilnya dan menembus tebalnya kabut itu, di sela perjalanan aku mendapatkan pesan dari Nathan ,
“Nanda , aku minta kamu jangan ikut ke acara kamping kamu . karna aku mendapatkan sebuah buku yang mengerikan tentang adanya mimpimu. Dan aku akan ke rumahmu satu jam lagi”
Aku terkejut , dan ku lihat pesan itu terkirim jam 6 pagi sedangakn sekarang waktu menunjukkan pukul 2 sore, artinya 8 jam yang lalu,
Aku mencoba membalas pesan itu namun keadaan tanpa signal itu membuatku gagal membalas pesan itu , dan ku coba untuk menelpon dirinya namun juga tidak bisa.
“bagaimana pesan itu bisa masuk sedangkan aku tidak bisa membalas pesan itu”
Ucapku dalam hati,
Tanpa kami sadari kami sudah berjalan 1 jam melewati kabut ini, hingga kembali mobil berhenti di tengah tengah kabut,
“Eh, Van kamu bener bener tau gak jalan ke pondok tempat teman ayahmu itu” ucap Aris
“ya aku tau kok , aku rasa lewat sini tapi kok gak ketemu ya jalan aspalnya” ucap Ovan dengan nada tenangnya itu.
Humb, biar aku keluar dulu deh , kali aja ada orang yang lewat biar kita bisa Tanya Tanya jalan. Lagian capek juga melakukan perjalanan ini” ucap Dwi yang keluar dari dalam mobil.
Dan kami pun keluar juga dari dalam mobil, namun aku masih terpaku dengan kertas itu,
“apa maksut dari kertas dan pesan dari Nathan apa yang sebenarnya akan aku temui, kenapa firasatku tidak enak seperti ini” ucapku di dalam hati ,
Hingga aku terkejut dengan ketukan seseorang di jendela kaca mobil itu,
“tuk tuk tuk, eh nan , kamu gak keluar!” ucap Ovan yang membuatku sedikit terkejut,
Aku mengangguk dan keluar dari dalam mobil, ku lihat kabut semakin tebal , kami berjalan jelan sedikit melepaskan lelah. Dwi dan Aris berjalan mencoba mencari jalan dengan mencoba mencari penduduk yang mungkin tinggal di dekat sini.
Aku terpaku menatap jurang yang masih tertutup dengan kabut, tiba tiba suara riang tawa anak kecil kembali terdengar sayup-sayup di tengah kabut itu, aku terpaku menatap kabut itu cukup lama, hingga aku mengatakan itu “tunggu, apa kalian tidak mendengarkan itu” tanyaku yang di sambut ekspresi penasaran Ovan, Livia, dan Febri.
“mendengar apa” Tanya Ovan berjalan mendekatiku,
Aku terpaku menatap sumber suara itu dan berjalan menuju ke kabut itu, entah kenapa mataku kosong meihat ke kabut itu seolah kaki ku ada yang mengerakaanya akibat rasa penasaran itu,
Dan semakin aku berjalan semakin aku mendekati suara itu,
“Nanda kamu mau kemana .” teriak Febri dan Livia yang berusaha memanggilku,
Hingga aku melihat dia,
Gadis bergaun putih di dalam mimpi ku,
Menatapku dengan dinginya,
“apakah aku sedang bermimpi” ucapku lirih,
Dan kusadari aku sudah jauh dengan teman temanku.
“kak Tolong!! Kakak akan bertemu dengan sosok yang lama menunggu kakak, dan akan banyak darah yang tumpah akibat makhluk itu kak!!”
Ucap lirih gadis itu, kali ini aku menjaga jarak dengan gadis ini terakhir aku melihatnya dia mendorongku hngga jatuh ke danau dan membuatku bertemu dengan wanita tua yang mengagguku .
“apa maksutmu, siapa kau, dan siapa makhluk itu. Aku tidak mengerti”
Namun bukan jawaban yang aku dapat dia berjalan mundur dan melangkah meninggalkan aku di sela kabut itu.
“tunggu. Siapa kau , siapa makhluk itu” aku berusaha mengejarnya namun tarikan seseorang menyadarkan aku,
“apa yang akan kau lakukan “
Aku menatap Ovan yang menarik ku dan memelukku,
“Ovan” ucapku menatapnya,
“apa kamu mau mati, coba kau lihat itu adalah jurang”
Aku terkejut melihat jurang yang tertutupi oleh sebuah kabut lalu dimana gadis itu, bagaimana mungkin dia berjalan ke jurang itu.
Aku tidak habis pikir dengan semua yang menimpa ku ,
Ada apa ini”
Aku kembali dan ku lihat Febri dan Livia sudah menungguku,
“kamu darimana saja , jangan membuat kami hawatir seperti ini” ucap Livia dengan nada bergetar ,
Kemana mereka berdua , sudah selama ini tapi belum juga kembali,”
*****
sementara itu…
“kita udah berjalan sejauh ini tapi hanya pohon dan jalan tanah ini yang kita lihat , apakah tidak ada rumah penduduk disini!” ucap gusar Aris.
“entahlah. Aku tidak tau apa apa tempat ini. Tapi ngeri juga ya sepertinya akan turun hujan lebat lihat aja langit itu , gelap” ucap Dwi,
Hingga langkah mereka terhenti ketika melihat seseorang ,
“eh, liat bukan kah itu orang , akhirnya kita bisa melihat seseorang. Ayo kita kesana” ucap Aris dan segera berlari kearah orang misterius itu,
“Eh tunggu sob, kayanya ada yang aneh dengan orang itu, kenapa jalanya mungguk gitu, apa dia menggendong sesuatu di punggungnya” ucap Dwi yang menghentikan laju Aris,
“masa sih, ya udah lah mungkin itu orang emang gendong sesuatu ini kan desa yang jauh dari kota emang kamu tau apa” ucap Aris dengan nada sedikit kesal.
“maaf, apa saya boleh bertanya sesuatu” Tanya Aris dengan suara sopan.
“boleh anak muda” ucap orang misterius itu yang ternyata adalah seorang nenek nenek tua namun nenek itu tidak menampakkan wajahnya akibat topi caping yang dia pakai.
namun bukan nenek itu yang membuat mereka berfikir aneh di pungungnya seperti dia menggendong sesuatu namun tertutup oleh kain dan sesekali itu bergerak,
memang di desa nenek atau kakek yang sudah berusia lanjut biasanya memiliki penyakin punguk namun ada yang aneh dengan pungguk pikir Dwi di dalam hati.
“kami sedang mencari sebuah pondok tua di gunung ini nek, kira kira kami harus kemana “ ucap Aris.
“owh maksut kamu sebuah pondok anak muda” ucap kalimat yang terbata bata nenek itu,
“ya nek itu yang kami cari “ Aris menambahkan itu.
“jalanlah terus kearah Kidul nak, anak muda tau Kidul kan kalau tidak tau anak muda ini sangat terlalu” ucap nenek itu dengan nada sendu.
Aris pun berbalik dan bertanya ,
“Eh , arah Kidul itu dimana, itu bahasa jawa ya, aku kan orang Jakarta jadi gak tau bahasa jawa” Aris yang menatap Dwi,
“aku rasa Kidul itu utara , mungkin sih . aku juga gak begitu paham bahasa jawa . mungkin lebih baik kita tanyakan sama Nanda dia akan orang jawa pasti dia tahu” ucap Dwi
Dan saat mereka akan berterima kasih tiba tiba mereka terkejut sosok wanita tua itu sudah tidak ada.
“kemana perginya, “
Akhirnya mereka pun kembali ke tempat dimana Ovan dan yang lainya sudah menunggu..
****
Kini aku tidak tau apa yang sebenarnya akan aku hadapi, kepergianku untuk berlibur semoga saja tidak membawa malapetaka yang mengerikan , sesunguhnya aku tidak bisa merasakan lagi betapa takutnya aku sekarang,
Nathan , tolong aku “ ucapku berdoa menatap awan mendung yang semakin gelap itu,
Dan di sini lah perjalananku akan di mulai , misteri apa yang sebenarnya Nathan tahu,
Kenapa semua seolah saling berhubungan dengan mimpiku,
Ada apa denganku , apakah benar aku adalah anak iblis seperti apa yang di katakan semua teman temanku ..
Ku tatap Dwi dan Aris yang baru saja tiba dari pencarian mereka.
Forest Of Death Part 3
Ku tatap Aris dan Dwi yang berjalan menuju ke arah kami,
“hai , aku tadi bertemu dengan seseorang dan dia mengatakan pondok terdekat dari sini itu menuju ke arah kidul , kidul itu mana ya. Apa utara , kan kamu kan orang jawa emang kidul itu dimana”
Ucap Aris yang melihat ke arahku.
“kidul” sejenak aku terdiam dan melihat sebuah arah selatan, tepat di selatan awan mendung sangat gelap,
Kenapa aku merasakan ada yang mengerikan di balik awan itu hingga tepukan Ovan kembali menyadarkan lamunanku,
“Hei, kamu kenapa. Kidul itu arah mana”
Ku tatap kembali Aris yang bertanya padaku,
“Nyi roro kidul tinggal di pantai mana “
“selatan “ ucap Aris dengan wajah polosnya,
“kalau begitu berarti kidul dimana “ tanyaku kembali yang menggoda Aris.
“Selatan “ ucapnya kembali dengan wajah polos,
“itu tau, trus kenapa Kidul bisa jadi utara” tanyaku sembari tersenyum menatap nya , dan dia pun tampak malu sesekali melihat Dwi,
“ya iya lah aku gak tau aku kan bukan orang jawa” ucapnya sembari mengaruk kepalanya,
“kemeroh koen iku lek jare wong jowo” ucapku dengan nada tertawa sedikit.
“ngomong apa sih kamu” tanya Aris yang tidak tau dengan ucapanku,
Dan kami pun tertawa bersama sama.
Kami pun melanjutkan perjalanan.
******
mata ku tertuju kembali pada sair jawa yang aku lihat di dalam mimpiku, kertas ini terlihat seperti sengaja di robek namun aku tidak tau maksut dari kertas ini,
Apakah ini adalah pertanda,
Ku lihat berkali kali handpone ku masih belum bisa menghubungi Nathan.
Tiba tiba hujan turun dengan sangat deras , kabut tebal semakin jelas, bahkan hari seperti menunjukkan malam hari padahal jam menunjukkan masih pukul 4 sore.
Hati ku gelisah melihat lembah di selimuti kabut, tanpa ku sadari tangan ku gemetaran semakin lama semakin jauh hatiku semakin tidak tenang masih terpampang jelas pertanyaan –pertanyaan itu.
“siapa anak itu, siapa wanita tua itu, apa yang sebenarnya aku alami ini, kenapa hatiku tidak tenang “
Hingga tiba tiba suara handpone ku pun berbunyi ,
“tutttt.. tutttt” ku lihat ternayta adalah Nathan , aku tekejut karna signal saat itu tidak ada bagaimana Nathan bisa menghubungiku. Namun kesempatan itu tidak ku sia siakan untuk bertanya sebenarnya apa yang sedang aku alami ini.
“halo” ucapku pada Nathan.
“Nanda apa ini kamu” ucap suara Nathan dengan nada ketakutan,
“ya ini aku, sebenarnya apa yang terjadi” ucapku lirih , ku lihat semua orang melihatku.
“aku sudah tau apa yang sedang kamu alami , sekarang kamu dimana. Aku mau bilang kamu jangan pernah pergi ke acara kamping kamu, batalkan semua itu atau kau akan..”
Sejenak Nathan menghentikan ucapanya.
“atau apa Nat” tanyaku yang sejenak menahan nafas.
“MATI!!” ucapnya dengan nada lirih yang senduh.
Tiba tiba ., “Duarararra!!” petir mengelegar.
“tapi aku sudah pergi bersama teman temanku” ucapku yang mengatakan itu pada Nathan ,
“Bodoh! Bukankah aku sudah bilang bila kau jangan pergi sebelum aku mendapatkan informasi dari apa yang kau alami. Sekarang kau dimana , aku akan menjemputmu “
“aku ada di sebuah jalan yang tidak ku ketahui tempatnya, memang sebenarnya apa yang sedang aku hadapi” tanyaku penasaran .
“aku tidak bisa mengatakanya karna kalian semua dalam bahaya yang besar”
Dan seketika telephone terputus, aku semakin hawatir mengenggam handpone ku.
“ya tuhan perasaan apa ini”
Hingga Ovan mengatakan itu,
“ada apa Nan, kenapa wajahmu berubah menjadi pucat seperti itu”
Aku hanya mengelengkan kepala, hingga masuklah kami ke dalam Hutan yang semakin rimbun itu,
“Eh Van emang Pondok tempat teman ayahmu itu masuk ke dalam hutan ya , karna gak tau kenapa kok sekarang kiri kanan jadi pohon gini” tanya Dwi pada Ovan.
“entahlah, aku tidak tau, aku mengikuti pesan kalian yang harus berjalan ke arah Selatan “
“ya juga Van, kenapa tiba tiba jalanya berubah menjadi seperti ini, kenapa banyak pohon disini. “
Ucap Livia dengan suara hawatir itu.
“aku tidak tau, bukankah kalian bilang kita harus ke selatan jadi aku mengikuti saja rute jalan ini” ucap Ovan yang mulai frustasi itu, hingga tiba tiba “Cyyyytttt!!”
“kenapa Van “ tanya Febri,
Ku lihat Ekspresi Ovan tiba tiba pucat dan berkeringat sembari melihat kaca spion itu,
“kenapa Van” kali ini Aris yang ada di samping Ovan bertanya , dan Ovan masih terpaku melihat ke kaca spion itu , hingga aku mulai menyentuh bahu Ovan ,
“kamu kenapa , kok tiba tiba mobilnya berhenti “ tanyaku yang menyentuh bahu Ovan,
“tidak ada apa apa” ucap Ovan dengan ekspresi ketakutan itu, dan mobil pun kembali berjalan,
Dalam hati ku tidak yakin pasti ada yang baru saja di lihat oleh Ovan , melihat itu aku pun mencoba melihat kebelakang mobil itu dan benar saja aku melihat bayangan seseorang sedang berdiri dan melihat ke arah kami,
“apa itu” ucapku dalam hati.
Kami sudah menelusuri sepanjang jalan ini namun kami semakin masuk ke dalam hutan membuat ku semakin berfikir bila kami tersesat,
“Van, apa kita tidak terlalu jauh, maksutku hari semakin gelap tapi kita belum menemukan jalan beraspalkan itu” ucap Livia yang sontak membuat Ovan sangat marah,
“kau pikir aku tidak tau, kau pikir aku tidak menyadarinya, bila kau merasa tau jalanya kenapa bukan kamu saja yang menyetir haaa”
Ekspresi marah itu baru pertama kali ini aku lihat, selama ini Ovan adalah pria yang kalem dan santai namun kenapa tiba tiba dia menjadi temperamental seperti ini, apa ada yang membuatnya menjadi seperti ini,
“Santai Van, gak ada gunanya kita bertengkar , lagian kita juga sudah kehilangan arah akan lebih rumit kalau satu sama lain bertengkar” ucap Aris berusaha menenangkan ,
Aku hanya terdiam melihat pemandangan pohon di hutan itu yang kian semakin mengerikan , desahan angin membuat bulukudukku merinding ketakutan, hari mulai gelap dan kami belum menemukan tampat itu entah sebenarnya apa yang sedang kami cari ini,
Hingga Ovan keluar dan membanting pintu mobil itu sembari menutupi wajahnya , seolah Ovan sangat kesal dengan apa yang kami alami ini,
Di dalam mobil semua orang masih terdiam sesekali wajah hawatir mulai tergambar di dalam ekspresi kami,
Ku tatap Febri dan Livia mereka juga tampak ketakutan, di iringi rintih hujan membuatku memberanikan diri melihat Ovan,
Hujan semakin deras aku berjalan menuju ke Ovan yang tengah terdiam di sisi mobil,
“hai” sapaku melihat Ovan yang hanya terdiam melamun,
“Hai” balasnya ketika melihatku dan berdiri,
“apa aku boleh bertanya sesuatu padamu” tanyaku padanya,
“Apa” jawab singkat dirinya.
“sebenarnya apa yang kau lihat tadi, maksutku kenapa tiba tiba kau mengerem mobil seperti itu”
Dan mendengar itu Ovan menatap ke arah teman teman kami yang masih ada di dalam mobil,
“aku janji aku tidak akan bicara pada siapapun” ucapku meyakinkanya.
“tadi aku melihat seorang anak kecil dengan pakaian putih dan dia tiba tiba muncul melintasi mobil itu melihat itu aku berusaha mengerem mobil itu , namun hanya sebuah teriakan yang aku dengar , aku ingin memastikanya namun di kaca spion itu aku tidak melihat siapapun , aku pikir aku sedang berhalusinasi “
Aku mengenggam tangan Ovan dan ku bisikkan “mungkin itu memang halusinasi “
Mendengar itu Ovan tersenyum dan menyentuh tanganku sembari menatap mata ku ,
“mungkin kau benar , sepertinya hari semakin malam kita harus cepat sampai ke tempat itu, kita sudah sampai sejauh ini”
Ovan pun kembali masuk ke dalam mobil, aku pun mulai berjalan kembali namun langkahku terhenti ketika angin itu berhembus menembus diriku, aku berbalik dan ku tatap kembali bayangan seseorang sedang melihat ku di balik sebuah pohon ingin aku mendekatinya,
Bayangan itu kali ini sangat nyata aku ingin sekali mendekatinya namun saat aku mendekatinya teriakan Febri mengalihkan perhatianku,
“Hai, nan kamu ngapain ayo ah kita mau jalan “ teriaknya dan aku berbalik untuk melihat itu namun bayangan itu sudah hilang,
“aku yakin aku melihat sesuatu tadi”
*******
ku lihat jam menunjukkan pukul 9 malam namun kami belum menemukan tempat itu, hutan semakin gelap namun mobil itu masih bisa menembus rimbunya hutan karna mobil itu memang di gunakan untuk berpetualang,
Hujan masih belum reda di iringi kilatan di langit membuat kami harus menahan hawa dingin di dalam mobil itu, Ovan yang masih berpacu dengan mobil berusaha untuk tetap tenang hingga sesuatu yang paling aku takutkan pun muncul, mesin mobil tiba tiba mati dan membuat laju mobil terhenti,
Berkali kali Ovan menyalakan mesin itu namun tetap saja mobil tidak bisa menyala.
“sial, kenapa harus di saat seperti ini!!” ucap Ovan dengan nada sedikit kesal.
Kami pun mulai keluar untuk melihat Ovan yang masih sibuk dengan mesin mobilnya,
“apa semuanya baik baik saja Van” tanya Dwi yang mendekati Ovan,
Aku pun melihat lihat gelapnya hutan itu, sesekali ku rasakan jantungku benar benar berdegup lebih kencang,
Hingga Aris berlari mendekati kami,
“Hai, disana aku melihat ada pondok kecil mungkin lebih baik malam ini kita menginap disana” ucap Aris mengatakan itu pada kami,
“bagaimana mungkin ada pondok di dalam hutan seperti ini”
Kami pun berjalan menuju ke pondok yang di maksut Aris,
Dan benar saja aku melihat sebuah pondok kecil yang sepertinya sudah lama di tinggalkan, namun langkahku terhenti sejenak saat mendengarkan suara cekikikan seorang anak kecil lagi,
“Hahahaha” aku melihat ke sekeliling namun tak ku dapati apapun ,
“kamu kenapa Nan” tanya Livia melihatku penasaran,
“aku tidak papa” ucapku sembari berjalan masuk dan mengikuti semua temanku,
“Halo, permisi, apakah ada orang “ teriak Dwi dan Aris yang mengetuk pintu itu.
Namun tetap saja tidak kami dapatkan sambutan apapun,
Dengan lancang Aris pun membuka pintu itu yang ternyata tidak di kunci,
“Hei, jangan lancang , ini kan pondok orang !!” teriak Febri pada Aris,
“Ah kelamaan , kelihatanya gak ada orang daripada kita demam karna hujan yang gak kunjung reda ini”
Sahut Aris yang kemudian masuk ke dalam pondok itu dan di ikuti kami,
Ku lihat semua perabotan pondok ini tampak tua dan usang, aku melihat ke sekeliling hanya tampak tembok kayu yang sepertinya sudah lama di tinggalkan,
Aku berjalan mengelilingi isi pondok itu dengan Livia dan Febri, hingga kami terhenti di kamar mandi kecil dimana masih ada tungku untuk menanak nasi dari tumpukan batu bata,
“kamar mandi nya kecil, jorok lagi, apa benar ini rumah manusia” ucap dumel Febri melihat kamar mandi itu yang masih ber alaskan tanah itu,
“Huss, jangan begitu . akan lebih baik kita disini daripada kita di luar banyak hewan buasnya, lebih baik kita sukuri aja” ucap bijak Livia,
“Eh, sepertinya untuk malam ini kita bisa tinggal disini. Tadi aku lihat ada 2 kamar meski kecil tapi bisa di tempati 3 orang, kalian bisa tidur disana sementara kami di sebelahnya” ucap Ovan kepada kami,
“Van, kamu jagain aku ya karna aku bener bener takut “ Febri mulai menggoda Ovan namun Ovan masih tetap dingin menanggapi reaksi Febri,
Aku terpaku menatap ke arah jendela, hutan yang gelap di iringi hujan yang rintik rintik sementara tanganku masih kokoh mengenggam handpone ku berharap Nathan akan menghubungiku kembali,
“sebenarnya apa yang di maksut Nathan , “ aku begitu penasaran seolah Nathan tau akan sesuatu yang akan menimpaku, dan apakah itu ada hubunganya dengan kertas misterius ini,
Ku lihat Livia dan Febri sudah terlelap di dalam tidurnya , dan lolongan anjing liar sudah mengharu di sepanjang malam ini membuat ku yakin kami harus sejenak melepaskan kepenatan ini,
Namun saat akau akan tertidur aku teringat akan mimpi itu,
“aku takut akan kembali bermimpi tentang satu hal yang sama”
Tanpa ku sadari aku mendengarkan sebuah bisikan,
“ndok , mreneo ndok, ndok”
Suara seseorang” namun aku tidak melihat siapa siapa disini kecuali teman temanku,
Dalam bahasa jawa, ndok adalah panggilan untuk orang tua kepada seorang perempuan, dan itu adalah aku,
Aku beranjak dari kamar itu dan berjalan mengikuti suara itu,
Hingga suara itu terhenti di sebuah pintu yang terkunci dengan gembok tua,
Aku berusaha membuka nya namun aku tidak bisa, ku coba dekatkan telingaku untuk mendengar apa yang ada di balik pintu itu,
Namun ternyata suara misterius yang aku dengar,
Seseorang sedang menangis dan tertawa, kembali menangis dan kembali tertawa namun suara itu tampak lirih,
“apa yang ada di balik pintu itu,” hingga ..
Plakk!!” kamu ngapain nan” tanya Ovan dengan wajah penasaran,
“gak kok Van, owh ya ini pintu apa” tanyaku pada Ovan.
“aku tidak tau, kami tadi berusaha membukanya namun tidak bisa gemboknya lebih kuat. Mungkin ini gudang” jawab singkat Ovan.
“kamu gak tidur “ tanyaku kembali pada Ovan.
“kamu sendiri” tanya nya padaku,
“ya aku akan tidur” ucapku yang berjalan menuju ke kamarku,
“aku yakin aku mendengar sesuatu di balik pintu itu tapi aku tidak bisa mengatakan itu pada siapapun dan pondok ini , siapa pemilik pondok ini. Kenapa hutan ini tampak aneh dari pertama aku melihatnya, begitu banyak misteti yang membuatku sama sekali tidak tenang berada di dalam hutan ini”
Ucapku sembari berbaring di dalam ranjang itu.
“Panguripan adalah kehidupan , pangandaling nyowo adalah yang mengendalikan nyawa, semua sair itu apa maksutnya”
Dan kini aku yakin bila Nathan ingin mengatakan bila mimpi itu bukan lah kembang tidur yang selama ini aku rasakan Nathan ingin mengatakan bila aku kini telah mulai mengikuti alur mimpiku,
Hutan dalam mimpiku mungkinkah adalah Hutan tempat ku sekarang!! Dan jangan jangan ada hubunganya dengan sosok anak kecil dan Wanita tua itu,
Aku beranjak dan ku lihat kembali kertas itu,
“aku akan mati”
Seketika petir mengelegar di iringi rintihan hujan itu, dan jeritan mimpiku kini mulai aku rasakan..
Forest Of Death Part 4
Aku hanya terdiam melihat kearah jendela, Hutan ini ada apa dengan hutan ini.
Di sela lamunanku aku terkejut dengan tepukan di bahuku, sejenak aku melirik siapa yang menyentuh bahuku, hingga seorang anak yang mungkin seusiaku dengan rambut kumal hitam di penuhi luka di sekujur tubuhnya sontak membuatku berteriak histeris.
“AAArghhhh”
“nanda , nanda ada apa , kenapa kamu berteriak seperti ini” teriak Livia yang menyadarkan aku . dan ku lihat ternyata itu adalah Livia tapi aku yakin bukan Livia yang aku lihat barusan , dan Febri tersentak bangun sembari melihatku,
“ada apa. Kenapa kalian berteriak malam malam seperti ini” ucap Ovan yang seketika membuka pintu kamar kami di ikuti Dwi dan Aris,
“ya ada apa Nan, kenapa tiba tiba kamu berteriak” ucap Aris penasaran.
“Tidak ada apa apa , maaf mungkin aku kelelahan” ucapku meyakinkan pada mereka.
“bukankah aku sudah menyuruhmu untuk cepat tidur dan beristirahat” ucap Ovan.
Aku hanya bisa menggangguk dan menatap Livia dan Febri yang masih melihatku,
Hingga semua orang pun kembali ke tempatnya masing masing ku coba pejamkan mataku namun sangat sulit.
Hingga akhirnya aku terlelap di dalam mimpiku,
Kembali aku berdiri di Hutan itu, aku menatap sekeliling hanya ada pohon besar yang kokoh diiringi kicauan suara burung gagak yang parau, hanya ada kabut tebal membuatku merasakan kengerian hutan ini sesekali ku lihat pepohonan tampak nyata bergerak dan berbicara, aku berlari sekuat yang aku mampu ku tembus kabut tebal itu,
“Ovan, Livia, Febri” teriak ku memanggil teman –temanku.
“Dwi, Aris kalian dimana “ sesekali aku terhenti ketika ku lihat seseorang sedang melihatku di balik sebuah pohon, wajah itu tidak bisa ku liat dengan jelas akibat kabut tebal ini, ku dekati dan kulangkahkan kaki ku mendekati tempat itu,
“Livia itu kamu kan” ucapku sembari menatap sosok itu,
Hingga dia pergi dan berlari namun sekilas aku melihat rambut panjang itu yang membuatku berlari mengejarnya , ini sama seperti yang dahulu hanya saja kali ini bukan anak kecil yang aku kejar namun seorang anak yang mungkin seusiaku ,
“ada apa dengan hutan ini, apa yang aneh dari hutan ini” ucapku dalam hati,
Dan berhentilah aku di tepat danau itu, danau dimana aku bertemu dengan wanita tua ketika anak kecil itu mendorongku, namun kali ini sosok itu berdiri sembari menatap danau,
“Wes wayae , koen eroh takdir mu . (sudah seharusnya kamu tau takdirmu)
Yen awan bengi iku dek e wayae urip, (siang dan malam dia akan tetap hidup)
Sak jok e mati ra bisa dadi ukuran nyowo menungso, (kematian sudah tidak dapat di gambarkan leh nyawa manusia)
Koen kudu ngerti lek opo sing onok ngenteni awakmu iku setan alas sing ngenteni panjaring nang alas iki
Uripmu ambek koncomu bakal di babat umur sampe mati sak matine ,” (kamu harus mengerti kalau yang menunggumu adalah iblis penunggu hutan ini yang akan membunuh teman temanmu sampai mati yang paling mati )
Dan sosok itu menatap ku setelah mengatakan itu padaku, seorang gadis dengan pakaian putih yang cantik,
“opo maksutmu” (apa maksutmu ) ucapku mendekati sosok itu.
“tangio ndok , tangio soko ngimpimu, tangekno koncomu lan mlayuo sak kuat e rogomu, (bangunlah bangunlah dari mimpimu, bangunkan temanmu dan pergilah sejauh mungkin yang kamu bisa)
Ojok sampe koen gawe ciloko mu dewe, cikal bakal mati ne menungso di tentuk no ambek sing ngawe urip, (jangan sampai kamu membuka celaka mu sendiri, karna meski kematian di tentukan oleh tuhan)
Tapi onok siji ciloko mesti onok, pompong gorong telat ilingno koncomu lan mlayuo sak isok mu”
(tapi tetap saja ada satu malapetaka, sebelum terlambat sadarkan temanmu dan berlarilah sebisamu )
Dan sosok itu pun terjatuh ke danau itu,
Aku mengejarnya ku lihat air danau menjadi sangat keruh, “astaga!!” sebenarnya apa yang ingin dia katakan, “setan alas” apa yang dia maksutkan Hutan ini adalah Hutan setan.
Dan aku tersadarkan dari tidurku,
“kau sudah bangun “ ucap Livia menatapku.
“dimana aku Liv” tanyaku padanya.
“kita masih ada di pondok ini, kenapa . bantu aku mencari minum ya” ucap Livia,
“apa di pondok “ aku teringat bila aku masih ada di dalam hutan itu dan aku masih terjebak di pondok ini, namun pesan gadis itu kenapa masih terbayang jelas di dalam pikiranku,
Dia ingin aku dan teman temanku agar segera pergi dari tempat ini tapi kenapa aku masih penasaran dengan apa yang ada di hutan ini. Siapa gadis itu.
Aku beranjak dari ranjangku dan ku lihat Febri masih nyenyak di atas ranjang itu,
“apa kita tidak membangunkan Febri” tanyaku pada Livia.
“biarkan saja dia tidur , mungkin dia terlalu lelah, ayo kita jalan sebelum hari makin panas” Livia berjalan meninggalkan aku,
Saat aku akan keluar aku terdiam dan terpaku menatap pintu yang masih kokoh terkunci itu,
“apa sebenarnya yang ada di balik pintu itu” aku begitu ingin tau sebenarnya apa yang ada di balik pintu itu,
“Nan, kamu kenapa “ Tanya Livia
“gak aku hanya ingin kita agar pergi dari sini “ dan ku lanjutkan perjalananku,
******
Ternyata hari sudah pagi dan seperti biasanya kabut disini sangat tebal mungkin karna alam disini masih sangat alami,
Dan ku lihat Dwi, Ovan dan Aris sudah ada di sini mencoba memperbaiki mobil,
“kalian mendorong mobil ini kesini” Tanya Livia pada 3 temanku itu,
“ya ni, kita dorong habis pagi pagi Ovan udah bangunin kita hanya untuk dorong mobil ini ke pondok takut bener ada maling di hutan “ ucap Aris menatap Ovan,
“Hussst, bukan takut tapi akan lebih baik kalau mobil ini dekat dengan pondok mungkin kita bisa memperbaikinya disini dan gak akan menyusahkan, “ gerutu Ovan
“udah udah jangan bertengkar ah” ucap Livia .
“kalian mau kemana “ Tanya Dwi pada kami,
“aku dan Nanda akan mencari sumber air , sekalian kami mau melihat lihat pemandangan disini.” Ucap Livia,
“kalian mau aku temani, ini hutan takutnya kalian akan bertemu dengan hewan buas” ucap Dwi namun Livia menolak,
“gak usah deh, aku dan Nanda udah cukup” ucap Livia tersenyum dan kemudian melanjutkan perjalanan ,
Di sela perjalanan kami menembus rimbunya hutan sembari melihat kabut yang tebal, kami berbincang bincang sembari memikirkan apa yang di maksut dari gadis itu,
“Hutan ini indah , ya udaranya juga masih seger “ Livia menatapku sembari tersenyum,
“ya “ ku jawab singkat,
“kamu kenapa Nan” Tanya Livia kepadaku,
“gak kok, tapi ..” aku terdiam dan kemudian Livia juga berhenti sembari menatapku,
“kamu percaya pada mimpi, maksutku bila mimpi itu apa dan apakah ada yang aneh dari hutan ini” tanyaku pada Livia,
“mimpi hanya bunga tidur , ya hanya pelengkap aja memang kenapa, hutan ini juga tampak biasa kok” jawab Livia singkat .
Dan kami pun melanjutkan perjalanan di sela perjalanan aku melihat seekor burung gagak ,
“burung gagak “ aku terdiam dan teringat akan burung gagak yang aku temui di rumahku,
Hingga burung itu terbang, setelah menempuh jarak yang cukup jauh sampailah kami di sebuah danau,
“ternyata ada danau di hutan ini Nan, wah beruntung sekali” ucap Livia yang berlari menuju ke danau itu.
“danau, danau ini seperti danau di dalam mimpiku . sepertinya ada yang aneh di dalam hutan ini” ucapku lirih di dalam hati. Dan aku berjalan mendekati Livia yang seketika mengisi air di jirijen penyimpan airnya sementara aku melihat ke sekeliling.
Ku hela nafasku hingga tiba tiba “Nan, ayo ah kesini . cepat isi jirijen mu biar kita bisa mandi di danau ini”
“ya teriak ku” dan saat aku akan berjalan aku benar benar melihat sesuatu yang tidak dapat aku percaya tepat di tengah danau itu sekilas aku melihat wajah nenek nenek tua melihat ku dengan ekspresi tersenyum yang sontak membuatku merinding ketakutan namun segera ku tenangkan diriku karna mungkin itu hanya imajinasiku yang berlebihan,
Setelah ku isi , Livia melompat dan berenang di danau itu,
“hai, apa kau tidak takut dengan buaya” ucapku hawatir melihat Livia .
“Buaya. Hahaha gak akan ada , ini kan danau bukan rawa rawa. Ayo ah cepat lompat kapan lagi kamu bisa mandi “ teriaknya namun aku masih ragu apakah aku juga harus melompat ke Danau itu,
Hingga Livia berteriak padaku,
“ayo ah, jangan jadi penakut seperti itu” ucapnya melihatku.
Aku pun langsung melompat .
Air jernih yang segar , kami berdua bermain dengan sangat senang sejenak kami lupakan semua yang telah kami alami,
“segar ya airnya” ucap Livia dan aku hanya mengangguk ,
Namun perasaan itu pun muncul sekilas hati ku tidak tenang seolah ada yang sedang melihat ku entah darimana , aku melihat ke sekeliling tak ku temui apapun,
“Liv , udahan ya” ucapku pada Livia,
“ah, baru 5 menit kok udahan sih ,, nikmati aja “ ucap Livia yang kemudian menyelam,
Namun perasaanku benar benar tidak enak , mata ku awas melihat ke sekeliling hingga kusadari bila Livia tak kunjung ke permukaan ,
“Liv , Liv kamu kemana” teriak ku memanggil – manggil dirinya.
Jantungku berdegup dengan kencang,
“ya tuhan dimana Livia,” di sela pencarianku aku mulai ketakutan hingga ku beranikan untuk menyelam namun aku tidak menemukan nya , aku mulai takut ,
“ada apa dengan Livia dimana dia”
Hingga “Huuaaaa!!” teriak seseorang dari dalam air dan itu adalah Livia,
“hahahaha coba lihat ekspresi kamu tadi, wajah kamu lucu kalau ketakutan” ucap Livia meledekku,
“Resek , kamu pikir ini lelucon haaa. Ini hutan jangan melakukan itu lagi gak lucu.!!”
Aku yang marah marah dan berenang ke tepian ,
“udah ah, ya ya maaf aku gak akan mengulangi itu lagi deh” teriak Livia berusaha menghentikan ku yang menuju ke tepian danau namun tiba tiba suara Livia menghilang aku berbalik dan tak ku temui Livia,
“Liv, jangan bercanda lagi deh, aku gak suka “
Berkali kali aku mengatakan itu namun tak ku temui Livia,
Dan akhirnya aku menyelam ke tempaat Livia berada dan benar saja, aku melihat Livia tenggelam aku berenang ke dalam untuk menariknya, wajah itu berubah menjadi pucat , aku berusaha membawanya ke tepian,
“dasar !! udah di bilang jangan main main “ gerutuku di dalam hati ku lihat Livia sepertinya pingsan akibat kehabisan nafas namun masih ku rasakan jantungnya berdetak,
“kamu gak papa kan Liv, ucapku ada Livia yang masih terbaring pucat di tepian danau,
Ku coba menekan perutnya guna mengeluarkan air di dalam badanya, hingga tiba tiba
“Arghh” erangku menahan sakit cekikan Livia yang melotot kearahku,
Aku terdiam melihat Livia yang melotot, ada yanga aneh dengan Livia. Aku ketakutan berusaha melepaskan cekikan itu hingga Livia mencium badanku,
“Humb, wangi e ndok , wess suwe aku ngenteni koe sak iki wess wayae ndok, (harumnya badanmu, sudah lama aku menunggumu , sekarang sudah saatnya)
Diluk engkas aku bebas ndok , (sebentar lagi aku terlepas )
Koen kudu dadi pengurupan ku ndok , uripno rogoku ndok, wess suwe si mbah gak ngombeh getih .
Hiii Hiiii Hiii….”(kamu harus menggantikan aku , hidupkan aku, sudah lama aku tidak minum darah)
Jantungku berdegup sangat kencang meihat Livia seperti itu,
“ada apa dengan Livia bagaimana mungkin dia kan bukan orang jawa, bagaimana bisa orang sunda bisa berbahasa jawa seperti ini jangan jangan dia bukan Livia” ucapku di dalam hati,
“siapa kau”
“Hiiii.. Hiiii… Ra usah eroh sopo aku sing kudu mok erohi koe wes suwe aku enteni. (tidak usah mencari tau siapa aku , yang harus kamu tahu aku duah lama menunggumu)
Si mbah wess kepingin ngombeh getih ndok , tapi getih perawan sing tak kepingin ni, (sudah lama mbah ingin minum darah, darah seorang perawan yang aku inginkan )
Sak iki wes wayae si mbah kudu urip , si mbah kepingin pisah ambek cucu si mbah ndok, (sekarang mbah ingin hidup , mbah ingin lepas dari belenggu cucu si mbah)
Gantenono , gantenono nyowomu ambek cucu si mbah “ (gantikan, gantikan nyawamu sama nyawa cucu simbah)
Ucapnya sembari melotot tajam ke arahku ,
Hingga tiba tiba , Livia jatuh pingsan ,
Aku hanya terdiam melihat Livia yang pingsan dan kemudian aku mendengarkan teriakan Ovan dan Febri,
“Liv, Nan kamu dimana”
Suara itu , suara teman teman ku ,
“aku disini” dan benar ku lihat Febri dan Ovan berlari menuju kearah kami,
“Nan , apa yang terjadi dengan Livia” Tanya Febri kepadaku,
“aku gak tahu dia tadi tenggelam di danau itu” ucapku meyakinkan teman temanku,
Dan Ovan langsung mulai menekan perut Livia hingga beberapa saat kemudian , Livia memuntahkan air itu.
Kamu gak papa “ Tanya Ovan melihat Livia membuka mata nya,
“aku gak papa, hanya kepalaku yang sakit” ucap lirih Livia sembari memegang kepalanya,
Sementara aku masih tidak tau apa yang di alami temanku ini barusan, apakah dia baru saja kerasukan tapi siapa dia, siapa . apakah dia nenek itu,
Ucapanya itu, dia mengatakan bila dia sudah lama menungguku siapa dia. Hubunganya apa denganku,
“ya udah ayo kita kembali , teman teman sudah mencarimu dari tadi , “ ucap Ovan yang kemudian mengangkat tubuh Livia,
Aku kembali terdiam melihat danau itu,
“danau apa ini, hutan apa ini” hingga teriakan Ovan menyadarkan ku,
“nan, kamu kenapa. Ayo kita kembali”
Aku pun mengangguk dan berjalan mengikutinya..
********
ku lihat sekarang sudah siang hari namun aku belum mendapatkan apapun , sementara mobil itu masih dalam ke adaan mogok,
Aku hanya duduk di teras pondok itu bersama Livia dan Febri, melihat Dwi, Ovan dan Aris yang masih berusaha memperbaiki mobil,
Hingga mataku tertuju kembali pada Livia,
“kenapa Nan” Tanya Livia padaku,
“enggak kok” sekilas aku masih berfikir benarkah Livia kerasukan arwah seseorang lalu siapa, dia mengatakan padaku dirinya adalah simbah yang artinya nenek tua, dan berkali kali dia mengatakan ingin hidup dan membangkitkan cucunya melalui diriku , apa maksut semua ini,
Dia ingin getih perawan , yang artinya darah perawan .
Hutan apa ini, aku benar benar merasakan ada yang mengerikan yang tersimpan di dalam hutan ini dan kini semakin terasa, ku tatap handpone ku berharap kedatangan Nathan menjemputku namun kami hanya bisa pasrah sembari ber doa semoga malapetaka itu tidak akan menimpa kami, kemalangan itu semoga tidak akan kami alami ..
Sementara di wajah Febri sepertinya ketakutan sudah merasuki dirinya, mata nya sekilas seperti meneteskan air mata, apakah dia takut akan terjebak di hutan misterius ini entahlah , yang aku tau kami menghadapi masalah yang serius , ucapan gadis di dalam mimpiku mengatakan kami harus segera pergi dan berlari sebelum dia bangkit dan memburu kami, namun aku sendiri belum tahu siapa gadis dalam mimpiku itu,
Apakah ada hubunganya dengan nenek tua dan cerita Nathan entahlah kami harus segera pergi itu yang harus kami lakukan..
Forest Of Death Part 5
Kami berkumpul di meja makan belakang Pondok,
“sepertinya untuk sementara kita akan tinggal di pondok ini!!” ucap Ovan membuka percakapan,
“Apa, aku tidak mau, cukup satu hari aku sudah mau muntah mencium bau aneh di dalam pondok ini!! Aku tidak mau” teriak Febri yang menatap marah pada kami,
“Tapi Feb, kita tidak ada pilihan lain, jarak untuk keluar dari hutan ini setidaknya akan memakan berhari-hari bila kita menempuh jalan untuk kembali” tegas Ovan ,
“tapi tetap saja aku gak kuat bila harus berada di pondok ini” tangis Febri, yang membuatku berfikir apa yang di lakukan Febri cukup masuk akal karna memang tempat ini setidaknya memilki misterinya sendiri namun aku memilih untuk diam dan tidak memperkeruh suasana.
Sontak Aris beranjak dan mengatakan dengan nada tinggi,
“Kamu ini apa-apaan sih Feb, jangan seperti anak kecil , akan lebih baik kita disini untuk sementara sebelum mobil itu bisa di perbaiki. Karna di luar sana banyak hewan buas kamu mau mati konyol haa”
Wajah gusar Aris sontak membuat Febri semakin menangis,
“Udah Ris, gak usah berteriak seperti itu karna kita semua sedang dalam keadaan tertekan , “ tambah Livia berusaha menenangkan,
Memang dalam hal ini kami semua dalam keadaan tertekan akibat hutan ini perlahan-lahan aku merasakan kehancuran di dalam kelompok ini,
Ingin ku katakan pada mereka bila ada sesuatu yang mengerikan terdapat di dalam hutan ini namun aku tidak tau harus memulainya darimana ,
“mungkin apa yang di katakan Ovan ada benarnya , lebih baik kita ada disini untuk sementara hingga mobil kembali bisa di nyalakan” imbuhku sembari menatap meja yang terbuat dari kayu itu, sontak semua orang menatapku,
“baiklah, malam ini kita hanya bisa makan Sereal yang kita bawa, dan persediaan makan kita mungkin cukup untuk dua hari namun kalau bisa kita harus menghemat sumber makanan kita sebelum kita mendapatkan makanan yang bisa kita makan di hutan ini sebagai pertahanan hidup” ucap Ovan dengan tegas.
“Baiklah” kami berucap bersamaan,
******
Malam ini sama seperti malam malam sebelumnya aku tidak dapat memejamkan mataku karna ketidak tenangan di dalam pikiranku, makhluk apa yang merasuki tubuh Livia sejenak aku bangkit dan ku lihat Livia ,
“tidak mungkin dia bisa berbahasa jawa, “ namun di malam yang sudah larut itu tiba tiba aku mendengarkan itu, suara pintu yang di dobrak dengan sangat keras,
“jantungku berdegup sangat kencang mendengar pintu itu,
“Brakkk Brakkkk!!!” kaki ku dengan sendirinya berjalan menuju ke sumber suara itu dan benar saja suara itu berasal dari pintu misterius itu,
“Brakkkkk!! Brakkkk!! Brakkkk!! “ apa itu ucapku dalam hati sembari mendekati pintu itu, dan seketika lolongan anjing bersautan , dan angin masuk dari langit langit membuat sekujur tubuhku menggigil kedinginan tidak lebih bulukudukku berdiri,
Hingga suara itu berhenti di saat aku tepat berada di depan pintu itu, ku sentuh perlahan pintu kayu itu dan ku dekatkan telingaku, hingga .. “Arghh!!”
Aku tersentak akibat terkejut dobrakan itu kembali muncul,
“Brakkkk!! Braakkkk”
“Cepet umbarno aku metu” (cepat biarkan aku keluar ) .
Aku terdiam mendengar suara teriakan seseorang dari dalam pintu itu aku pun segera bangkit dan berusaha membuka pintu itu, namun aku tidak dapat membuka pintu itu akibat gembok di dalam pintu itu.
“di dalam ada orang aku yakin aku mendengarkan suara” aku pun segera berlari menuju ke Ovan dan teman- temanku , bahkan ku bangunkan mereka di saat malam yang larut itu,
“ada apa Nan” tanya Ovan menatap penasaran diriku,
Ku tarik tanganya dan ku bawa menuju ke pintu itu , namun suara dobrakan pintu itu berakhir.
“di dalam Van ada orang, aku barusaja mendengar suara teriakan seseorang yang ingin di bukakan dari pintu ini” ucapku dengan nada tergopoh gopoh,
“orang , !! di dalam pintu ini!! Apa kau yakin “ ucap Ovan yang seketika itu Dwi dan Aris menysul kami dan di ikuti Livia dan Febri mereka semua melihat ke arah pintu itu,
Seketika Ovan mengambil sebuah Senapan di dalam mobilnya,
“Gila lu Van jadi lu bawa senapan “ ucap Aris yang terkejut melihat Ovan membawa Senapan,
“sebenarnya aku membawa ini untuk berburu tapi sepertinya aku harus menggunakan ini . kalian cepat minggir dari pintu itu” ucap Datar Ovan yang sudah mengerakan senapanya ke pintu itu, dan seketika itu
“Dooorrr!!”
Gembok pintu terbuka dan segera Ovan membuka perlahan pintu itu,
“Hati-Hati van” ucap Livia .
Perlahan Ovan masuk di ikuti kami dari belakang, ruangan itu tampak gelap gulita dan aku tidak dapat melihat apa apa.
Hingga Aris menyalakan korek api itu, dan membuat Ruangan itu kini muali tampak namun bau anyir tempat itu membuat kami semua merinding,
“aku yakin tadi adalah suara seseorang , tempat apa ini sebenarnya” ucapku di dalam hati.
Hingga langkah kami terhenti menatap jendela yang sangat kecil , dan seketika Ovan mengintip jendela kecil itu namun hanya hutan yang tampak , kemudian mata kami tertuju pada tumpukan jerami dimana banyak sekali bangkai tikus yang seolah baru saja di gerogoti , bau busuk itu benar benar membuat kami ingin muntah terlebih Febri .
“tempat apa ini” tanya Dwi melihat ke sekeliling ,
“Aku tidak tau , mungkin ini adalah sel, karna jendela kecil ini di gunakan untuk bernafas , pasti dulu ada seseorang yang di kurung di tempat ini, tapi aku ragu apakah ada seseorang disini” ucap Ovan yang melihatku,
“ya aku yakin aku tadi mendengarnya” jawabku meyakinkan Ovan.
“tapi disini tidak ada apa apa , mungkin kau sedang berkhayal . disini hanya ada bangkai tikus yang sudah membusuk . sudahlah ayo kita kembali sudah larut “ ucap Ovan dan seketika mereka keluar dari pintu itu, aku yang masih penasaran mendekati bangkai tikus itu,
“darah ini masih baru, artinya tikus ini baru saja di bunuh dan di makan . tapi siapa yang mau memakan hewan menjijikkan seperti ini melihatnya saja aku sudah mual” ucapku di dalam hati,
Hingga mata ku tertuju pada jendela kecil tempat Ovan mengintip dan ku dekati jendela itu, ku coba melihat apa yang ada di balik jendela itu,
“siapa Gadis itu!!” aku terkejut melihat seorang gadis mungkin seusia denganku melihatku sinis dari balik jendela itu, dan gadis itu adalah gadis di dalam mimpiku , sontak aku berteriak histeris..
“Harrrghhhh” seketika Ovan dan yang lainya mendekatiku,
“ada apa lagi Nan” tanya Ovan yang seketika menyentuh bahu ku,
“disana !! disana Van!! Disana ada Seseorang di balik jendela itu!!” aku mengatakan itu dengan nada ketakutan ,
Dan ketika Ovan melihat , wajah itu tampak tidak ada rasa takut sama sekali,
“tidak ada apa apa Nan, itu hanya kabut dan pepohonan . sepertinya kau memang membutuhkan waktu untuk istirahat”
Dan Ovan membawaku ke dalam kamar di ikuti oleh Febri dan Livia yang masih penasaran dengan tingkah laku ku yang menjadi aneh ,
Di dalam kamar kami berkumpul dan membicarakan ini,
“Apa benar kau melihat seseorang dan mendengarkan seseorang “ tanya Dwi menatapku yang kini terjebak dalam ketakutan yang aku lihat dan rasakan sendiri,
“kenapa !! kenapa harus aku !! kenapa harus aku yang melihat dan merasakan semua itu!!” aku bergumam di dalam hati.
“Nan, kamu dengerin aku kan” tanya Dwi sekali lagi padaku yang masih melamun karna pikiran kacau ku,
“Aku tdak tau apakah kalian akan percaya padaku namun aku sudah tidak dapat menyembunyikan ini lagi, hutan !! Hutan ini!! Di dalam Hutan ini ada sosok yang megerikan”
Ucapku lirih dan seketika hujan turun dengan lebat dan diringi Badai mengelegar!!
“ apa maksutmu “ ucap Ovan kepadaku,
“aku tidak tau, namun aku bisa merasakan kita semua sedang mendapatkan malapetaka yang mengerikan , Hutan ini Hidup!!”
“jangan menakut-nakuti kami Nan, “ teriak Dwi yang memecahkan keheningan di iringi hujan yang semakin deras,
“Cukup!!!” ucap Livia
“tidak cukup kah kalian bertengkar hari ini aku sudah muak dengan kalian , kita disini untuk melakukan liburan bukan ini yang aku inginkan aku minta kalian semua untuk menahan diri. Karna kita tidak tau apa yang ada di dalam hutan ini, dan untuk mu Nan, hentikan omong kosong mu itu” ucap Livia yang seketika keluar dari kamar itu, sementara aku hanya terdiam di balik selimut di ranjang itu, Febri semakin ketakutan melihat suasana ini,. Dwi dan Ovan hanya diam berdiri sembari memikirkan semua ini namun dimana Aris,
Hanya Aris yang tidak kami lihat semenjak kembali dari ruangan misterius itu,
“dimana Aris “ ucapku mengatakan itu ,
“aku tidak tau, aku pikir dia tadi bersama kita , apa dia masih ada di ruangan itu”
Kami pun bangkit dan beranjak menuju ke ruangan itu, hingga ku dapati Aris berdiri di sebuah papan kayu sedang membaca sebuah buku,
“buku apa itu” ucapku lirih sembari mendekatinya,
“Sak wayae Mati Raga Ra isok di rasak ake , Batin nyowo pangurupan wes kedaden marang pathak (ketika kematian tubuh tidak bisa di rasakan , batin nyawa di hidupkan sudah menjadi kenyataan di atas kepala)
Udan getih banjiri telaga ingkang Kirek njenggong sak wengi (hujan darah membanjiri danau hingga anjing melolong semalam )
Iku bakal tandane ciloko nyowo wes ra isok di bathur ( itu lah awal tanda malapetaka Nyawa sudah tidak bisa di cegah)
Isih Wangi ambu awak lan sayupan Jiwa dadi pingitan memedi ingkang alas (bau harum tubuh yang suci menjadi tujuan Iblis di penjuru Hutan)
Wei, menungso sadar o ambek pencipto mu bakal mati sak jarene Dathur (hai, manusia sadarkan dengan penciptamu akan mati sesuai Takdir alam”
Ratu Alas , Nini Towok metu teko Lemah ngangge mbangkitno sing di Roso loroh (Ratu hutan , Nini Towok Keluar dari dalam tanah untuk membangkitkan yang di rasakan sakit”
“Aku Saksi kengge Getih Perawan bakal Mati ne Soko Pangurupan (aku saksi dari Darah perawan akan mati dari dalam pertukaran”
“langit bumi dadi Saksi pisahe Rogo sing paling di wedeni nang Alas iki (Langit dan Bumi akan menjadi Saksi pisahnya Raga yang paling di takuti di Hutan ini”
“Bangkitno lan buka en Wadi iku , Cek ne Kabeh Ero sopo sing Dadi setungal nang lemah Alas iki (
Bangkitkan Dan Buka lah Rahasia , Biar semua tau siapa yang menjadi satu di tanah Hutan ini”
Seketika itu aku bergetar menahan ketakutan yang luar biasa menyaksikan sair itu,
Dan langit berubah menjadi hitam pekat bahkan angin seketika berhembus sangat kencang membuat pephonan terombang ambing , dan lolongan anjing kian mnejadi jadi, burung burung berterbangan di malam hari dengan meninggalkan suara parau yang maha dasyat ,
Membuat kami hanya terdiam melihat apa yang baru saja di lakukan Oleh Aris,
Hatiku merasakan ketidak tenangan itu kian nyata,
“Buku apa itu, kenapa dia membaca buku itu”
Dan Petir kian menggelegar !!
“apa yang baru saja kau baca itu” tanyaku pada Aris ,
“oeh, kalian ada di sana, aku tidak tau hahahaha aku pikir kalian sudah kembali” jawab Aris dengan tertawa itu,
“Aku bilang apa yang baru saja kau baca itu bodoh !!!” teriak ku memanggil Aris , dan seketika Aris menatapku,
“Aku tidak tau nan, aku menemukan buku ini disini , di dalam tanah ini, dan tertutup oleh sebuah kain hitam” jawab Aris,
Dan aku mendekati Aris ku lihat lebih dekat buku itu,
Hingga ku buka lembar berlembar buku itu,
“Buku apa itu nan” tanya Ovan yang melihatku dengan wajah serius ,
“kalian kenapa kok jadi tegang seperti ini, memang itu buku apa sih , aneh bahasanya” ucap Aris ,
“tidak salah lagi , tidak salah lagi!! Ini adalah buku kuno orang jawa untuk membuat Pengorbanan pada penunggu Hutan ,” ucapku lirih.
“pengorbanan!!” tanya Ovan yang kini semakin serius.
“aku tidak tau , kalimat itu aku merasakan ada yang lain di dalam kalimat itu,” hingga aku menemukan halaman itu dan itu adalah halaman yang seolah tersobek hingga aku teringat akan kertas di dalam saku celanaku, ku buka kertas itu dan ku sambungkan dengan buku itu, dan ternyata kertas itu cocok!!”
“Buku apa ini” aku semakin penasaran, hingga aku melihat sebuah gambar , seorang nenek nenek dengan menggunakan tongkat kayu dengan dua kepala , tepatnya di punggung dan lehernya, sketsa ini seperti menunjukkan sebuah makhluk penunggu hutan ini,
“apa maksut semua ini” hingga aku mulai tersadarkan bila ,
Mungkinkah ini jawaban semua itu, nenek itu apakah adalah nini Towok ,
Menurut yang aku tahu Nini towok adalah seorang dukun yang mati karna ilmu hitamnya , dia hidup dengan meminum darah seorang gadis perawan dan memakan janin kecil,
Namun itu hanya sebuah legenda rakyat jawa , kebenaran akan adanya makhluk seperti itu masih menjadi misteri, tapi apakah memang ada hubunganya dengan semua ini,. Lalu siapa gadis misterius yang aku temui itu,
Dan tempat ini memang seperti tempat penjara apakah ada hubunganya dengan gadis itu, ada apa ini kenapa semuanya menjadi rumit seperti ini,
Sejak awal aku sudah merasa ada yang ganjil dengan pondok ini, bagaimana mungkin ada pondok di tengah hutan seperti ini,
Bukankah itu adalah hal yang aneh ,di sela lamunanku tiba tiba Hujan di iringi petir yang bersautan menggelegar terdengar suara teriakan Livia,
“Tidaaakkk!! Jangan .. Tolooong!!”
Aku berbalik dan menatap ke luar pondok, “Livia”
Seketika kami berlari keluar di ikuti semua teman temanku, menatap halaman kosong yang turun dengan hujan yang sangat deras,
“kau mendengarnya kan suara Livia” tanyaku pada semua teman-temanku ,
“ya aku mendengarnya , tapi darimana suara itu” tanya Ovan,
“kita harus mencari dimana Livia , pasti ada yang baru saja terjadi padanya. Aku yakin itu “ ucap Dwi
Dan seketika kami menembus Dalamnya Hutan mencari dimana keberadaan Livia , hujan yang semakin deras di malam ini membuat langkah kami teramat berat untuk berlari,
“Livia !!” “Livia!!” teriak semua teman teman ku bersautan mencari keberadaan Livia, sekilas aku mendengar kan suara tawa yang mengerikan bergema di sepanjang hutan ini namun aku rasa hanya aku yang mendengarkan suara itu,
“hingga semakin lama kami semakin sulit berjalan , suara petir yang mengelegar membuat tubuh kami menggigil kedinginan , angin yang berhembus membuat langkah kami semakin sulit lagi,
“kita harus berpisah bila ingin menemukan Livia, kamu pergi dengan Dwi , sementara aku akan pergi dengan Aris akan lebih baik bila Febri bersama ku mungkin kami akan bisa menjaganya “
Ucap Ovan yang kemudian berlari meninggalkan ku,
Aku pun berlari di ikuti oleh Dwi di setiap langkahku suara tawa itu semakin aku dengar hingga aku sekilas melihat seseorang melihat kami dari balik pohon , wajah yang mengerikan dengan keriput di wajahnya membuatku terdiam sejenak,
“ada apa Nan” tanya Dwi yang melihatku terdiam,
Aku pun berlari kembali dan ku dekati pohon itu namun tak ku temukan apapun,
******
sudah 1 jam kami mencari namun masih belum mendapatkan apa apa hingga kami bertemu kembali dengan Ovan , Febri dan Aris,
“kalian menemukan sesuatu “ tanya Ovan ,
“kami tidak menemukan apa apa!! Bagaimana dengan kalian “ tanyaku,.
“kami juga tidak menemukan apa apa” jawab Ovan,
“Aku takut terjadi sesuatu dengan Livia” ucap Febri sembari mengenggam jentungnya,
“kamu jangan berfikiran buruk , aku yakin dia tidak apa apa” ucap Aris menenangkan Febri, hingga hujan kian reda,
Dan setetes air itu membasahi wajahku,
“dan ku usap wajahku namun bukan air hujan namun darah,
“ada apa nan” tanya Ovan ,
Saat itu aku melihat ke atas ,
“AAAAAarghhhh” teriak Febri histeris melihat Livia dengan tubunya yang tersangkut di sebuah ranting,
Livia !!” ucapku terkejut,
Tubuh Livia bercucuran darah keluar dari dalam mulut dan hidungnya, namun di balik itu, baju itu seperti terkoyak sesuatu dan tepat di lehernya darah segar membasahi hingga membuat leher itu berlumuran darah,
Ketika itu aku hanya terdiam melihat Livia tak bernyawa dengan mata masih melotot ketakutan,
“apa yang terjadi, apa yang terjadi dengan Livia, hewan apa yang bisa membawanya ke atas pohon itu” ucapku,
Kami semua terdiam , melihat itu bahkan Febri jatuh pingsan melihat itu ,
Kini malapetaka itu semakin nyata , apakah Nini Towok itu telah bangkit akibat Buku ini,
Lalu siapa yang melakukan semua iniapakah nini towok ataukah siapa Gadis yang aku lihat itu,
Misteri apa yang aku temui ini,
Aku menahan sakit jantungku melihat semua itu , katakutan terbesarku kini kian menjadi nyata..
Forest Of Death Part 6
Di sini kamu saling diam dan menatap entah apa yang harus kami lakukan saat melihat teman kami tewas dengan keadaan yang mengerikandan penuh dengan tanda Tanya,
“siapa yang membunuhnya, apakah hewan ataukah yang lainya “ hanya itu yang terbayang di dalam pikiran kami,
Sementara itu ku tatap semua teman ku hanya merunduk diam terlebih Febri yang menangis sembari membenturkan kepalanya ke tembok,
“Aku mau pulang “ rintih pelan Febri membuat seisi ruangan hanya merunduk semakin diam menatap Tubuh Livia dengan darah yang mmebuat kami merinding ,
Di sela lamunanku mata ku meneteskan air mata , mengingat semua yang telah kami lalui bersama Livia,
“livia siapa yang melakukan ini!!” ucap di dalam hati, ku tatap mata Livia yang masih terbuka , ekspresi ketakutan itu sangat kental terasa membuat ku bertanya –tanya apakah Livia melihat siapa yang melakukan ini hingga ekspresi itu sangat terpampang nyata.
Aku berdiri dan mengambil buku itu sesekali aku masih terpaku pada sair ini, siapa yang membuat buku ini, dan hubungan apa dengan pondok ini , apakah masih ada keteriakatan dengan kematian Livia hingga aku terkejut mendengar teriakan Dwi, yang membuat seisi ruangan menatapnya,
“AARghh, berengsek!! Kau !!” “Barakakakkak!!” suara gaduh Dwi yang menendang meja dari kayu itu dan menatap tajam kearah Aris,
“apa maksutmu” ucap Aris dengan nada bingung.
“Kau yang membuat kita jadi seperti ini , kau yang membaca buku terkutuk itu bang*at!! Kau harus membayar kematian Livia dengan nyawamu !!”
Dan seketika itu Dwi memukul Aris hingga terjatuh dan terkapar dengan simbah darah di mulutnya,
“Cukup!!” teriak Ovan yang langsung melerai perkelahian itu,
“apa apa an kau ini, dengar kematian Livia masih menjadi tanda Tanya bagaimana kamu menyimpulkan kematianya karna Buku itu haaaa”
“dengar aku tidak tau apa yang kau katakan tapi bila kau merasa aku yang membuat malapetaka seperti apa yang ada di dalam buku itu, maka bagaimana dengan mu !!! haaa” teriak Aris yang sontak memukul balik Dwi hingga terjatuh,
“Cukuppp!!” teriak ku yang menghentikan suasana gaduh itu,
“masih kah kalian bertengkar setelah semua ini , tidak cukupkah kalian melihat kita , Livia pergi karna kita bertengkar lalu setelah melihat Livia seperti ini maka kalian masih ingin bertengkar!! Kalau memang itu keinginan kalian oke Fine, ambil senapan ini dan bunuh aku, setidaknya aku akan mati dengan tenang daripada melihat kalian berkelahi seperti ini.” Ucapku sembari mengajukan senapan itu ke hadapan Aris dan Dwi,
Dan Ovan mendekatiku sembari memeluk ku,
Air mataku kian menetes membasahi bahu Ovan,
“Aku takut!!” ku ucapkan itu pada Ovan yang membuat Ovan benar benar memelukku hangat dan menenangkan aku dengan bisikan ya,
“jangan menangis lagi aku akan menjagamu !!”
Ovan menyimpan perasaan padaku itu lah yang di ucapkan Livia padaku namun aku atu bila sebenarnya Livia juga menyimpan perasaan lebih pada Ovan namun Ovan hanya menganggapnya sahabat sejati namun aku hanya memilih diam karna aku sudah memiliki seseorang yang aku suka yaitu Nathan , namun yang sampai saat ini Livia belum tahu adalah Dwi sangat mencintainya namun ketakutan Dwi akan kehilangan dirinya bila mengatakanya membuat Dwi lebih memilih menyimpan itu semua di dalam hatinya.
Dan Dwi melangkah meningalkan kami berjalan ke teras pondok untuk menenangkan dirinya,
“Hei!! Kau mau kemana” Tanya Ovan pada Dwi yang berjalan meninggalkan kami,
“aku akan ke teras pondok mungkin lebih baik bila kesana”
Sementara Febri masih menangis sesekali dia menatap takut pada Buku yang aku bawa,
Aku terduduk membaca buku itu di temani Ovan dan Aris yang melihat kami dalam keadaan kacau itu,
“sebenarnya apa yang ada di dalam buku itu dan apa maksut dari semua ini , “ Tanya Ovan padaku ,
Sementara aku terus menerus terpaku menatap sketsa nini Towok yang mengerikan,
“aku tidak tau namun buku ini hanya menggambarkan penggambaran makhluk tentang seorang Kutukan nenek tua!!” jawabku,
********
pagi itu hujan kembali turun dan awan mendung sangat terasa menemani kami yang masih berkabung karna kepergian teman kami yang misterius seolah menunjukkan duka nya , aku masih menangis menatap Livia yang kami tutupi dengan kain seadanya yang kami bawa, kami akan menguburkanya di belakang pondok setidaknya kami akan memberikan dia kelayakan sebagai sahabat yang benar benar aku sayangi ,
Tangisan Febri semakin mengiris hatiku , sementara Dwi hanya diam menatap Livia dengan bunga mawar yang indah,
Meski aku tau tak ada tetesan air mata di mata Dwi namun di dalam hatinya aku yakin hatinya meronta sakit melihat seseorang yang dia sayangi mati dengan sangat mengerikan, ingin aku menempatkan tanganku ke bahunya namun aku juga tau bila Dwi gak akan pernah mau terlihat lemah,
“aku tidak tau harus mengatakan apa pada kedua orang tuanya bila kita berhasil pulang .” ucap lirih Febri yang tidak sengaja aku dengar,
“aku memeluk Febri dan tangisa itu menempel di pipiku,
“aku tau Feb, kenapa harus Livia kenapa bukan aku yang mati” ucapku lirih.
Dan setelah jasada Livia tertutup oleh tanah itu, kami berkumpul dan membicarakan apa yang sebenarnya menimpa Livia,
“aku tidak tau kita harus memulai darimana yang aku tahu bila kita sekarang dalam bahaya, “ tegas Ovan yang menatap kami, sementara Dwi dan Aris masih terlihat saling menatap dingin .
“dan Nanda jelaskan ini pada mereka apa yang ingin kau katakan” ucap Ovan menatapku dan di ikuti oleh semua temanku,
Aku hanya menatap buku itu dan berharap bila apa yang akan aku katakan hanyalah sebuah teori konyol namun aku tetap harus mengungkapkanya.
“ini adalah Buku Kuno Jawa , sebuah Teori mitologi atau bisa kita sebut dengan Cerita Rakyat masalalu,
Aku sudah membaca buku ini dan aku terjemahkan seperti ini, untuk kebenaran atau tidak aku tidak tau yang aku tahu buku ini di buat pada masa lampau karna kertas ini masih menggunakan kertas kuno yang di buat dari pelepah kayu sembujo, itu adalah kayu pada masa pemerintahan kerajaan untuk membuat kertas atau naskah. Tujuan buku ini sendiri aku belum tahu tapi aku akan membacanya untuk kalian ,
Suatu masa pada cerita legenda Rakyat Jawa, Nini Towok adalah makhluk yang mungkin di luar nalar kita .
Dia hidup dengan menggunakan ilmu hitam , dia meminum darah dan memakan janin sebagai kesempurnaan ilmunya bahkan seringkali dia memilih untuk berpuasa bila tidak mendapakan apa yang dia inginkan,
Namun di balik itu semua dia memiliki rahasia atau kutukan, yaitu dia adalah wanita tua yang memilki kemampuan untuk merubah sebuah nasip seseorang ,dan itu di gunakan untuk memperkaya harta dengan mengorbankan seorang gadis perawan,
Nini yang berarti Nenek sedangkan Towok dapat berarti Tua, Nini Towok hidup di dalam Hutan dengan bersembunyi karna banyak yang percaya dia masih sama seperti manusia yaitu bisa mati namun saat dia berhasil meminum darah seorang perawan siang dan malam tidak ada bedanya , kekuatanya sama kuatnya bagai petir di siang bolong,
Dan fisik Nini Towok adalah Wanita Tua yang berjalan dengan membawa tongkat dan membungkuk tepat di Punggung sekitar leher terdapat tonjolan seperti pungguk namun itu bukan pungguk , itu adalah kepalanya,
Ya Nini Towok memilki dua kepala, dan kepala yang ada di lehernya adalah Cucu nya , atau dapat di sebut peranakanya,
Dan tujuan dia memakan janin di dalam tubuh manusia adalah dai ingin melepaskan beban memisahkan diri dengan cucunya , bila dia terlepas maka kekuatan yang sebenarnya akan keluar dan pembantaian masal untuk menjadi setunggal atau yang pertama akan terwujud,
Pada suatu masa, Nini Towok membutuhkan Winang , Winang dalam arti jawa adalah Pengorbanan .
Dan Winang adalah perempuan yang masih suci (perawan) namun istimewa, karna Winang akan di rawat oleh Nini Towok sebagai Sinarsih ,
Sinarsih adalah pangurupan , yang berarti pertukaran nyawa artinya Sinarsih dapat menghidupkan cucu yang tepat berada di lehernya atau kepala keduanya,
Setidaknya Sinarsih harus berumur 17 tahun untuk siap mengantikan Seorang Cucu, dan saat itu tiba dia akan membutuhkan seorang jejaka untuk membuatnya Hamil, Bukan seperti manusia yang harus berhubungan darah Sinarsih hanya butuh darah dari seorang jejaka yang berada di (Urat lelaki) .
Seorang jejaka yang terambil Uratnya maka dia akan mati. Dan dengan begitu Sinarsih akan mampu mengandung janin dan itu lah awal dari semua maka bangkitnya Cucu akan terjadi. Janin itu lah yang akan di gunakan sebagai Pangurupan ”
Setelah aku menjelaskan langit berubah menjadi hitam legam dan membuat angin entah dating darimana mengombang ambingkan pephonan hinga terjadi ketakutan pada diri kami,
“itu hanya legenda kan “ Tanya Dwi menatapku sinis.
“terkadang Legenda menceritakan hal yang sebenarnya” ucapku sinis kembali ,
“apakah kau membaca itu semua dari buku sampah itu” imbuh Aris yang juga menatapku sinis,
Terjadi tatapan dingin antara kami seolah mereka tidak percaya dengan apa yang aku katakan namun aku lebih tau apa yang sebenarnya terjadi setelah membaca buku ini terutama Gadis bergaun putih yang aku temui disini dan di dalam mimpiku bila dia adalah Sinarsih (pangurupan).
“Cukup!! Mungkin ini terdengar konyol namun setidaknya kalian harus percaya bila kita menghadapi sosok yang menakutkan dan itu bukan manusia ataupun hewan dan Livia sudah menjadi korban” ucap Ovan dan seketika itu Dwi memukul Ovan dengan sangat keras ,
“Bang*at, kau mengatakan itu seolah Livia tidak ada harganya di matamu !!” teriak Dwi dengan nada tinggi dan Aris hanya diam menatap perkelahian itu,
“Selama ini aku hanya diam melihat Livia yang kau tanggapi dingin tapi kali ini kau sudah terlewat batas . kau benar benar berengsek!!” nada kesal Dwi kepada Ovan.
Dam seketika itu Ovan berdiri dan menatap Dwi,
“lalu kau mau apa! Apa kau mau membunuhku , Livia sudah tidak ada dan setidaknya itu yang harus kau terima!!” Ovan mempertegas perkataan itu,
“kau benar benar !!” dan Dwi mencoba untuk memukul Ovan namun Ovan mampu menghindar dan seketika dia memukul kepala Dwi hingga darah membasahi pipi Dwi,
“Kau bilang aku kelewatan , apa yang kau tahu haaa!! Kau pikir aku hanya diam saat semua ini terjadi lalu bagaimana dengan mu kau tidak pernah berani mengatakan perasaan mu padanya , apa kau tidak keterlaluan bodoh !!” Ovan menatap tajam Dwi yang masih terdiam di bawah lantai itu,
“lalu apa yang ingin kau katakan dengan menceritakan itu” Tanya misterius Febri yang menatapku,
Sesekali aku hanya termenung dengan semua ini namun emang apa yang aku tau setidaknya harus mereka tau bila semua ini akan semakin buruk bila kita membiyarkan begitu saja.
“Kita harus mencari siapa Sinarsih itu” ucapku pada semua orang .
“Apa Sinarsih, maksutmu gadis yang di korbankan itu “ Tanya Aris padaku,
“ya ,saat pertama aku menginjak hutan ini aku yakin aku pernah melihat seorang gadis cantik dengan pakaian putih itu, sebelum gadis itu menginjak usia 17 tahun kita harus membunuhnya . karna bila gagal maka kita akan mati!!” ucapku yang membuat tiba tiba turun hujan dengan lebat.
Aris tersenyum sinis mengejekku seolah aku mengatakan omong kosong dan mengatakan itu semua hanya takhayul konyol,
“bagaimana kamu bisa menyimpulkan bila semua itu nyata . karna sejujurnya aku benci omong kosong seperti ini” ucap Aris menatapku semakin sinis.
“saat pertama kita disini aku sudah merasakan keganjilan , dalam penanggalan perambon ini mungkin akan membuat kalian percaya , kita datang dengan 6 orang dan terdiri dari 3 perempuan dan 3 pria namun adakah yang tahu angka 6 itu apa, bila kalian lihat angka 6 adalah angka keramat urutan dari penanggalan jawa , dan kalian tahu bila ternyata setelah aku selidiki kita memilki keterikatan dengan itu semua , aku lahir pada kliwon sementara kalian memilki hari atau weton yang berbeda dengaku,
Febri lahir pada Pahing, sementara Dwi lahir pada pahing, dan Ovan adalah Wage lalu kau Aris kau memilki penanggalan Legi, sedangkan Livia dia memiliki kesamaan denganmu Legi dalam segi ini Livia mati bukan karna kebetulan namun takdirnya memang harus mati, dia mengingkan kematian Livia karna dua hal yaitu dia membutuhkan darahnya itu dapat kita lihat lehernya yang seolah terkoyak karna gigitan dan kedua dia memilki weton yang sama sepertimu, kau di untungkan karna kau adalah lelaki bila kau adalah perempuan maka semua ini tidak akan masuk akal,
Sedangkan rumah atau pondok ini adalah tempat dimana dia mengurung Sinarsih , itu bisa kita pastikan karna ruangan itu adalah tempatnya mengurung dirinya (Sinarsih).
Lalu apakah kau masih menyebut ini semua hanya omong kosong belaka” Tanya ku pada Aris yang seketika diam tak berdaya,
Dan Dwi mulai berdiri dan mengatakan , “bila apa yang kau katakan itu benar maka aku akan mencari dan membalaskan dendamku pada Nini Towok itu”
“tapi tidak semudah itu , kita harus menemukan Sinarsih itu terlebih dahulu,”
“bagaimana kita menemukan dia “ Tanya Ovan padaku,
“entahlah , dia pasti di sembunyikan di suatu tempat ,” jawabku
********
malam ini kami masih berkumpul untuk melihat semua ini, setidaknya kami harus saling menjaga karna apa yang akan kita hadapi merupakan hal yang serius,
Keberadaan nya sangat penting di mata kami,
Lolongan anjing mulai bersautan , dan angin dingin merasuki tubuh kami mmebuat ku menggigil dan merasakan kedatanganya,
“dia datang!!” ucapku menahan ketakutan itu.
“siapa” Tanya Ovan ,
“Dia Nini Towok itu, lolongan anjing itu adalah tanda dia sedang menuju kesini” ucapku lirih.
“lalu apa yang harus kita lakukan “ Tanya Aris dengan keringat bercucuran,
“kita harus tetap disini dan saling menjaga setidaknya kita akan lebih kuat bila bersama sama “ ucapku,
Ovan mulai menggunakan Senapanya, dan Febri seolah menggigil kedinginan sementara Dwi dan Aris berjaga di depan dan belakang kami, sementara aku masih erat meggenggam buku itu ,
Petir silih berganti menggelegar menambah kesan mengerikan tempat ini, sementara Anjing semakin melolong tinggi dan suara burung hantu yang parau menambah keyakinanku akan kedatanganya disini,
“malam ini tidak boleh ada yang tidur atau berada dalam pikiran kosong karna Dia bisa memasuki tubuh kita dengan mudah , jadi aku ingin kalian waspada pada semuanya termasuk hewan apapun , dia bisa menyerupai anjing bahkan burung yang tengah ada di sekitar pondok ini “ ucapku pada mereka..
Kami harus siap dengan semua ini, kami harus segera mendapatkan Sinarsih sebelum kami akan berakhir disini , Cukup Livia yang menjadi korban dari semua ini, ucapku meyakinkan diriku sendiri, ku tatap jendela itu dan menatapnya yang kini semakin ku rasakan kehadiranya..
Forest Of Death Part 7
Sesak dadaku mulai aku rasakan ,
Angin semakin masuk ke dalam pondok membuat suasan dingin itu kian mencekam , sesekali keringat di kening Febri membuatku mennggandeng tanagnya dan ku katakan pelan padanya ,
"Tenang saja aku akan menjagamu Feb!!" ucapku pada Febri ,
"ya Nan, aku takut Nan" ucap Febri yang menggenggam tanganku semakin Erat, kemudian Ovan sudah siap mengarahkan senapanya ke arah pintu itu seakan menunggu kedatanganya dia si Nini Towok ,
Aris dan Dwi berjaga di antara kami, hujan kian semakin deras di tambah dengan suara petir menggelegar , kami hanya menatap jendela pintu itu,
namun ku rasakan ada yang berbeda di tangan Feb, jantungku berdegup semakin kencang ketika ku ambil keputusan untuk melihat apa yang terjadi pada Febri,
genggaman itu berubah menjadi genggaman yang rapat dan dingin seolah bukan tangan Febri yang aku sentuh,
dan ketika aku melihatnya, Febri berubah menjadi pucat pasai , dengan rambut panjang yang di biarkan terurai menutupi wajahnya di ikuti senyuman misteius yang merunduk itu , aku terpaku menatapnya, sementara yang lain masih awas dengan keadaan genting itu aku semakin takut melihat Febri,
ku putuskan untuk menatap wajahnya, aku yakin ada yang aneh pada dirinya,
"Nan, aku tidak melihat apa apa disini sebanrnya apa benar dia akan datang kesini" tanya Ovan sementara aku masih terpaku menatap Febri yang masih aneh itu, di bibirnya perlahan aku melihat tanda kemerah merahan seperti baru saja menggigit daun Sirih, Dwi dan Aris masih terpaku pada keadaan sekitar jkalau Nini towok muncul dari langit-langit,
aku mulai menyentuh bahu Febri yang semakin aneh di tambah dengan pertanyaan Ovan yang sama sekali tidak aku hiraukan itu,
"Nan , kamu dengar aku ngomong gak sih" ucapnya melihatku yang memandang ke arah Febri dengan Aneh,
"Kamu kenapa Nan, apa yang kau lihat " tanya Ovan yang membuat semua orang kemudian melihat ku,
"Feb, ada apa denganmu Feb " tanyaku pada Febri yang masih merunduk diam misterius itu,
hingga, Braakakkaka!! Febri melihatku dengan tatapan sangat tajam, "Ciloko koen Ndok!!"
di sana lah aku baru sadar bila Febri sudah kerasukan dengan dirinya (Nini Towok) aku mencoba melepaskan genggaman tangan itu namun genggaman itu sangat kuat ,
"Tolong.. " teriak ku yang membuat Aris , Dwi dan Ovan langsung menarik ku untuk melepaskan genggaman tangan itu.
"ada apa Nan" tanya Aris yang masih berusaha melepaskan genggamanku,
"dia , dia ada disini dan dia masuk ke dalam Tubuh Febri" ucapku dengan keringat di keningku, apa" sejnak mereka berteriak bersamaan dan seketika itu Aris , Dwi di lemparkan oleh Febri yang masih terasuki tubuh nay oleh Nini Towok itu,
"Minggir koen " ucapnya dengan nada tinggi sembari melemparkan tubuh Dwi dan Aris, semnetara Ovan masih berusaha menarik tanganku,
"Lepaskan aku iblis !!" ucapku pada Sosok itu,
"Hiiii...Hiiii...Hiii koen iku wek an ku ojok ngarai aku Nesu" ucapnya dengan mata melotot itu.
hingga Ovan pun mendorong sosok itu dan berhasil melepaskan ku , aku merangkak menjauhi sosok itu yang masih terjatuh akibat dorongan Ovan,
seketika itu Dwi dan Aris menangkap sosok Febri dan memeluknya dengan Erat tapi dengan mudah 3 temanku itu di lemparkan ,
badai kian menjadi jadi , di temani angin yang semakin liar di area sekitar pondok itu, anjing kian melolong tinggi aku meneteskan air mata melihat sosok iblis itu di dalam tubuh teman temanku,
"dia kuat sekali" ucap Ovan yang masih terjaga akibat lemparan itu,.
"Setan.. kau harus mati disini " ucap Dwi yang mengambil pisau di dalam saku nya,
dan Iblis itu dengan mudah melemparan Dwi hingga tidak sadarkan diri tanpa harus menyentuhnya.
kemudian Iblis itu berteriak dengan sangat keras membuat kami menutupi telinga kami, petir kian menggelegar dengan sangat menegrikan ,
"AAAaaaaaaaaahhahhhhhhh!! kabeh Wong kudu mati nang kene , aku seng paling kuat !!" teriaknya membasahi ruangan itu, sejenak aku tidak percaya dengan apa yang aku liaht dari jendela hujan itu berubah menjadi hujan darah, dan aku semakin takut mengenggam erat buku itu,
sementara Oavn berusaha mengambil senapanya dengan merangkak,
Sosok itu mulai terlihat aneh, mata Febri mulai mengeluarkan darah dan berubah menjadi putih sempuran di iringi tangisan kecil dan rintihan misterius yang keluar dari belakang lehernya,
"astaga!!" aku menutup mulutku menyaksikan pemandangan itu, tepat di bahunya muncul kepala anak kecil yang botak itu, dan kepala itu menatap kami dengan sangat mengerikan, sembari mengucapkan kalimat iti.,
"Si mbah, aku pengen metu mbah " dan aku terdiam melihat Febri yang memiliki 2 kepala itu,
hingga sosok itu tertawa cekikikan dan kemudian memanjat dinding pondok dan menuju ke langit langit pondok sembari tertawa lepas, Ovan yang berhasil mengambil senapanya mengarakan pada tubuh sosok Febri yang masih di rasuki oleh sosok mengerikan itu.
"jangan!! jangan tembak dia , bila kau menembaknya maka Febri akan mati " ucapku meyakinkan Ovan sejenak Ovan menahan tembakan sementara Dwi masih pingsan dan Aris yang tidak berdaya dengan semua itu,
"apa yang harus kita lakukan Nan" tanya Ovan kepadaku,
"Koen Goblok!! mati o koen .. dudu no kekuatanmu bangsa* ucapku pada sosok itu yang di sambut dengan tawa cekikikan itu,.
"Hihihihiii.... Hihihihiii... aku maringene bebas , sang gerhono akan mbebasno aku yen aku bebas sirahmu dadi wek ku " ucapnya
aku berdiri dan menatap tajam sosok itu , aku melangkah mendekati Dwi yang masih terjatuh pingsan ku ambil pisau itu dan ku iris tanganku sendiri hingga membuat Ovan mendekatiku,
"Apa yang baru saja kau lakukan !!" aku mendorong Ovan dan ku angkat tanganku yang bersimbah darah,
"Setan Alas , Aku jek Perawan Bangsa* getih ku iki jek Getih sing bersih, muduno koen mrinio ojok dadi Setan Licik" ucapku pada Sosok itu,
kui lihat mata itu tertuju pada tangan ku yang bersimbah darah dan dia mulai merangkak turun mendekatiku,
meski aku sangat ketakutan namun aku mencoba untuk melawanya meski jantung ku sudah tidak sanggup menggambarkan seberapa besarnya ketakutan ku itu, ku tahan rasa sakit dan perih akibat darah itu ,
dan sosok itu merangkak mendekatiku di ikuti kepala bayi yang menjadi incaranku,
ketika dia tepat ada di depanku, ku tancapkan pisau itu pada kepala bayi itu yang sontak membuat bayi itu berteriak ,
"AAAahhh" yang membuat seisi ruangan merinding ,
"Opo sing mok lakokno iku goblok !!" teriak sosok itu dan merangkak keluar dari jendela, aku yang melihat itu sontak mengatakan pada Ovan dan Aris ,
"Cepat hentikan dia , dia tidak boleh pergi kita harus menyelamatkan Febri , jangan biarkan dia mengambil tubuh Febi,"
aku , Aris dan Ovan pun berlari mengejar sosok itu yang merangkak menembus derasnya hujan dengan cepat itu, dia seperti kadal yang merangkak dan melompat dari ranting pohon , aku masih melihat darah yang membasahi kepala bayi itu,
"apa yang harus kita lakukan Nan , kita tidak akan berhasil mendapatkanya" ucap Aris dengan nafas terengah engah,
aku terhenti sejenak dan ku katakan itu pada Ovan , Tembak kakinya Van" ucapku dan membuat Ovan bimbang,
"apa kau bodoh bagaimana bila tubuhnya yang terkena tembakan itu , apa kau mau membunuh Febri " ucap Aris dengan nada Gusar,
"Tembak kaki nya Van" ucapku sekali lagi pada Ovan dan seketika Ovan mengarahkan senapan itu ke sosok itu namun Aris berusaha menggagalkan tembakan itu,
"aku tidak akan membiarkan kalian membunuh Febri , " ucap Aris yang berebut senapan tu,
"bodoh , menyingkirlah apa yang kau lakukan akan membuatku gagal melakukanya " ucap Ovan keras,
hujan semakin lebar di iringi Angin kencang itu aku berusaha mendorong Aris,
"Cukup!! Ris apa kau mau Febri mati di habisi sosok itu bila kau mengagalkan ini" ucapku mendorong Aris .
dan seketika Ovan melepaskan Tembakan itu ke arah sosok itu yang merangkak semakin jauh itu,
"Dorrrr!!" suara lantang senapan menembus malam itu,
Sosok Febri tersungkur jatuh , kami pun menghampirinya, tepat id kakinya darah tak henti hentinya keluar sementara kepala bayi itu sudah musnah entah kemana,
"apa kita berhasil " ucap Ovan kepadaku,
aku melihat nadi nya yang ternyata masih berdenyut,
"Febri masih hidup Van,"
melihat itu aku terduduk diam mengucap sukur di dalam hatiku , sementara hujan terus membasahi tubuh kami,
Terlihat Aris menatap kami dengan tajam dan seolah dia masih tidak terima dengan keputusan yang aku buat , tampak terlihat sekali wajah kecewa itu dari raut wajahnya.
Aku dan Ovan mengangkat tubuh Febri yang masih pingsan dengan luka di kaki dan pungungnya,
kami kembali ke pondok itu,
******
hingga Febri tersadar, dia tampak terkejut melihat punggung dan kaki nya yang terbalut akibat perban,
"AArhhh, apa yang terjadi padaku , apa yang kalian lakukan haaa" tanya Febri dengan wajah gusar melihat kami,
sementara Aris dan Dwi serta Ovan hanya diam merunduk di kamar itu, aku mendekatinya sembari menawarkan teh hangat itu padanya,
"ini mungkin dapat menenangkan mu Feb" dan Febri menerimanya kemudian melemparkanya ke dinding hingga pecahan gelas itu berseraan di lantai,
"FU*K buat kalian" ucapnya dengan nada tinggi, dan di ikuti tangisan yang merintih menutupi wajah itu,
aku diam membisu atas apa yang terjadi pada kami, hingga di tengah tengah keheningan itu ucapan Aris muncul,
"Sampai kapan!!!"
kami menatap Aris yang tampak akan mengatakan sesuatu pada kami,.
"apa maksutmu" tanya "Ovan dengan nada gemetaran
"Sampai kapan Kita harus seperti ini!!" ucap Aris menegaskan ucapanya,
sementara Dwi masih duduk diam dan menutupi wajahnya dengan tanganya,
hingga Aris berjalan mendekatiku yang tengah duduk dan menarik ku ,
"katakan Sampai Kapan aku harus seperti ini, kenapa Aku tidak mati saja saat ini Haaaa!!!!"
teriaknya gusar di depan wajahku,
"Cukup Ris, Nanda tidak tau apa apa!!" jawab Ovan membentak Aris yang tengah menarik bahu ku,
"Tidak sadarkah kalian kalau ini semua karna Kita, ini tidak ada hubunganya dengan siapapun , kita yang memaksa Nanda untuk ikut pdahal dia sudah melarang kita untuk pergi , namun kita bersih keras tetap pergi lalu saat kita sudah ada disini , maka kalian menyalahkanya , aku juga terkejut saat semua menjadi seperti ini, kita sudah kehilangan Livia apa kah Nanda yang memulainya, ingat dia Iblis itu bangkit untuk mengincar nyawa kita dan dia menginkan agar kita saling membunuh satu sama lain karna dia belum cukup kuat untuk melawan kita" teriak Ovan
hingga aku teringat hal itu,
"Cukup Kuat, kalimat itu, aku tau aku melewatkan sesuatu hingga aku membuka buku itu kembali dan ku temukan kalimat itu, Siji Loro Telu yang berarti satu dua dan tiga , angka ini aku kembali ke ruangan rahasia itu, dan di ikuti oelh Ovan dan Aris sementara Dwi masih duduk menjaga Febri yang masih terbaring akibat tembakan itu,
"apa yang mau kau cari" tanya Ovan namun aku tidak memeperdulikanya dan melangkah maju ke kamar itu, hingga aku menemukanya kayu di langkah ke tiga ku,
kayu itu tampak Rapuh dan aku mencoba memukulnya dengan batu di sekitarku,
"Brakkk" ketika itu lihat sesuatu , kamar lain dan dengan bantuan cahhaya korek api aku melihat sesuatu , sesosok gadis yang terikat di kaki nya,
"Sinarsih" ucapku lirih di dalam hati dan seketika itu aku mengatakan itu pada Aris dan Ovan,
di kamar ini, dia di sembunyikan di balik ruangan bawah tanah ini, Dia Sinarsih Berada sontak Ovan pun mencoba mendobrak lantai kayu itu di bantu oleh Aris ,
hingga kami berhasil menghancurkan lantai kayu itu, kami berjalan turun mendekati sosok itu yang masih tertutup akibat gelapnya tempat ini, sosok gadis dengan pakaian putih yang di percaya sebagai Sinarsih apakah itu dia dan apakah dia masih hidup,
ucapku lirih di dalam langkah pelan ku bersama Ovan dan Aris.
ini kah Sinarsih , aku semakin yakin namun aku tidak tau apakah dia masih hidup namun aku harus mencari tau bila dia benar Sinarsih maka kami harus membunuhnya untuk menggagalkan semua ini,
hujan semakin lebat dan sesaat kilatan itu membuat Wajah sosok itu terlihat dan dia menatap Kami dengan sangat tajam sembari memberikan senyuman mengerikan pada kami,
aku tertegun menatap Sosok yang terpasung di kaki nya itu, tangan yang di rantai serta darah di mulutnay, di sekitarnya banyak ku temui bangkai hewan yang menjijikkan ,
ini lah Sinarsih dan aku harus mengakhiri semua ini disini, kutukan itu harus berakhir ....
Forest Of Death Part 8
Di tengah kegelapan ruangan itu, aku , Aris dan Ovan melangkah perlahan menuju ke Bayangan seorang gadis yang tengah terantai dengan kaki di pancung itu,
Bahkan ku rasakan kaki ku merasakan ketakutan , sementara Ovan mengarahkan senapanya kearah gadis itu, semakin aku mendekat semakin ku lihat sosok itu mulai bergerak dan tepat kepalanya menatap kearah kami, Ovan sudah siap mengarahkan senapan itu ke kepala gadis itu.
Namun wajah itu masih tertutup gelap ruangan ini, bau anyir bangkai hewan memenuhi ruangan ini, ku rasakan mual dalam diriku menatap bangkai bangkai hewan yang berserakan itu,
Dan hingga aku tepat berada di hadapan sosok itu, petir mengelegar dengan kencang dan dari sana terpantul cahaya hingga aku melihat wajah cantik itu yang tertutup luka di seluruh tubuhnya, di mulutnya ku lihat darah yang membuat sejenak aku menatapnya dalam dalam,
“apa sekarang aku membunuhnya “ ucap Ovan lantang.
“Tunggu” jangan lakukan , tahanku sembari melihat wajah ketakutan itu.
Inikah Sinarsih yang ternyata seorang gadis yang mungkin lebih muda dariku, wajah takut itu seolah memberitahuku bila dia tidak berdaya dengan apa yang dia alami,Ovan sejenak diam namun tetap mengarahkan senapan itu ke kepala gadis misterius itu,
“Siapa kau “ tanyaku yang membuat gadis itu merangkak menjauhiku dengan ekspresi ketakutan itu,
Aku mendekati sosok itu dengan hati hati , aku kembali bertanya , “siapa kau”
Hingga ekspresi itu berubah menjadi penasaran , aku kembali mendekatinya sembari bertanya untuk ketiga kalinya , “siapa kau” ucapku lirih, dan sepertinya dia mengerti..
“kalian siapa “ tanyanya dengan ekspresi yang semakin penasaran itu,
Aku menatap Ovan dan Aris yang menatapnya dengan ekspresi yang sama seperti gadis itu, aku kembali menatapnya dan mengatakan itu, “apa kau adalah Sinarsih” ucapku yang membuat gadis itu menutup telinganya,
“Pergiii!!!” teriak gadis itu padaku,
Aku mencoba mundur dan kembali mengatakan hal yang sama hingga gadis itu berlari menuju ke arahku dan menarik rambutku, “Kau untuk apa menyebutkan nama itu ,.. “ ucapnya sembari menarik rambutku , aku merintih menahan sakit sembari mencoba untuk melawan gadis itu,
“Hantikan!!” teriak ku, Ovan dan Aris pun mencoba menolongku dan melemparkan gadis itu hingga terjatuh di atas tanah itu, aku merapikan rambut ku dan menatapnya tajam ,
“apa yang kau lakukan , !! haaa” aku tersulut akibat perlawanan gadis misterius itu,
Hingga terikaan itu mengalihkan pandanganku,
“AAArhhhhhh”
“Febri” sejenak aku terkejut mendengar suara Febri dari arah kamar, sontak kami meninggalkan gadis itu untuk sesaat dan berlari menuju ke sumber suara itu yang mengarah pada kamar itu,
Dan ku temui Febri yang menatap ketakutan kearah jendela ,
“apa yang terjadi Feb” tanyaku , dan Febri hanya menunjuk kearah jendela yang terbuka lebar dengan hujan yang kian lebat itu,
“Dimana Dwi” Tanya Ovan kepada Febri,
“Dia , dia Membawa Dwi “ aku tertegun diam setelah mendengarkan itu, aku berlari menatap jendela dimana Dwi sudah menghilang entah kemana , jantungku berdegup kencang diiringi suara desahan nafasku yang kian memburu, aku menatap Ovan dan ku ambil secara paksa Senapan itu dan berjalan menuju ke Ruangan itu untuk bertanya kembali pada Gadis itu karna aku yakin dia adalah kunci dari semua ini.
“Cukup !!! aku sudah kehilangan Kesabaran cepat katakan tempat apa ini dan apa yang sebenarnya terjadi” ku arahkan tepat di depan wajah gadis itu yang merunduk diam,
Ku pikir dia hanya mengangapku bercanda dan saat itu juga ku lepaskan suara tembakan ke langit langit ruangan itu, sontak gadis itu merangkak mundur dan kali ini ku arahkan senapan itu ke wajahnya, dan akan aku tarik pelatuk itu bila dia masih menganggapku main-main.
“Kalian terlambat !!” ucapnya yang membuat kami penasaran dengan ucapanya,
“apa maksutmu” tanyaku yang bingung dengan kalimat misterius itu,
“Teman kalian akan mati dan dia sudah tidak akan bisa di selamatkan lagi”
Mungkin yang dia maksut adalah Dwi yang menghilang karna sesuatu, dan kali ini aku mempertegas siapa dia dan apa hubunganya dengan semua ini,
Kali ini wajah itu berubah menjadi sangat mengerikan dia tersenyum sembari menggambarkan sesuatu seperti sebuah garis misterius,
“apa yang kau lakukan “
Dia tetap diam dan melanjutkan penggambaran itu,
“Kliwon , Wage , Pon , Legi dan Pahing ini adalah penanggalan jawa , sesuai apa yang ingin kalian tau , kalian sudah terpilih untuk menjadi Sanak”
“Sanak “ aku terdiam mendengar itu, dan aku tau Sanak di gunakan orang jawa sebagai penanda kelahiran seseorang yang di anggap lahir di hari khusus,
Kliwon di gambarkan dengan angka 8, Legi adalah 7 , Wage 6 , Pon adalah 5 dan yang terakhir adalah angka 4 yaitu Pahing, aku teringat akan kelahiran kami masing masing dan aku memegang angka 8,
Dan garis itu mengarah pada diagram yaitu dimana angka 1 berada di tengah tengah dan penarikan garis itu mengarah pada angka 6 (Wage) dan itu adalah angka yang dimiliki oleh Dwi, setelah itu dia mengurangi tanggal itu dan mengarahkan itu pada angka 4 yaitu …
Aku menatap Wajah Aris yang terdiam menatap itu dengan keringat membasahi keningnya ..
“itu adalah millik ku (Pahing )” ucap Aris Lirih.
“tunggu apa maksutmu “ ucap Ovan tidak percaya, sementara aku mulai goyah menatap Wajah serius itu , senapan itu ku pegang dengan gemetaran..
“kalian semua akan mati disini tidak ada jalan keluar untuk kalian ini adalah Hutan yang tidak seperti apa yang kalian pikirkan dia (Satu ) menginginkan kalian sebagai peranakan dari 5 simbol Wituri,
Wituri adalah dewi penjaga hutan yang di sembah oleh suatu makhluk untuk mendapatkan ilmu hitam ,
Dan tangan itu mulai mengarah lagi ke angka 5 yaitu Febri (Pon) dan menarik garis kanan ke kiri menuju ke angka 6 yaitu Ovan (Wage) dan terakhir garis itu di tarik ke atas menuju ke angka 8 yaitu diriku (Kliwon) namun yang sangat mencengangkan adalah semua garis itu membentuk garis simetri Tri angkluk (Kepala KERBAU) .. apa maksut semua ini..
“ini hanya omong kosong !!” ucap Ovan yang menarik senapan itu dari tanganku dan mengarahakan itu pada kepala gadis itu, namun gadis itu menangis sembari memohon agar dia tidak di bunuh,
“Jangan bunuh aku, karna bila kalian membunuhku maka dia akan lepas , aku adalah Sinarsih dengan membunuhku hutan ini tidak akan tersegel kembali dan dia akan lepas secara alami , hutan ini membutuhkan tumbal yaitu aku sebagai Sinarsih “ ucapnya yang dengan ketakutan itu melihat kami,
“Tunggu Van “ tahanku dan mendekati gadis itu,
“Jelaskan aku apa maksutmu dia tersegel dengan dirimu”
“Namaku adalah Ayu , dan Aku adalah Sinarsih , aku sengaja menjadi Tumbal oleh Orang tua ku untuk menahan makhluk itu, nenek itu.. kaki dan tanganku di pasung sebagai tanda aku menjadi abdi dirinya sebelum kebangkitan cucu, yaitu kepala yang ada di punggung Nenek itu (Nini Towok) itu, bila kalian membunuhku maka secara otomatis tidak ada lagi yang menjadi Tumbal untuk Hutan terkutuk ini.
Hutan ini membutuhkan setidaknya satu tumbal untuk menghindari malapetaka atau bencana di desa kami, “
“Desa mu , apa artinya kita berada di dekat Desa mu “ tanyaku yang mencoba menggali semua misteri ini.
“saat kalian masuk ke dalam hutan ini seharusnya kalian tau ini adalah hutan di Dunia yang lain ini bukan Hutan yang seperti kalian bayangkan , ingatlah Dunia memiliki 2 Dunia, yaitu Dunia tempat kalian tinggal dan Dunia tempat makhluk astral Tinggal. Aku sengaja di korbankan untuk menjadi Sinarsih saat aku masih berumur 7 tahun “
“7 tahun artinya kau sudah ada disini”
“9 tahun “ ucapnya yang membuatku sangat terkejut , ini semua sama seperti yang ada di buku.
“lalu apa yang kau lakukan selama ini” tanyaku yang semakin di buat tercengang dengan apa yang dia ucapkan,
Selama ini aku hanya terkurung disini tanpa bisa melakukan apapun sesekali aku hanya bisa berjalan di pondok ini, dan aku bertahan hidup dengan memakan Tikus atau hewan yang aku temui disini hidup-hidup karna aku tetap membutuhkan makanan untuk bertahan hidup”
Aku terdiam mendengarkan cerita itu artinya bangkai hewan yang ada disini dia lah yang memakanya.
“lalu bagaimana agar aku bisa kembali ke Dunia ku”
Dan dia hanya diam , Ovan yang sudah merasa jengkel dengan ucapanya yang seperti tidak masuk akal membentak nya .. “Haii!! Apa kau tuli cepat jawab bagaimana kami bisa keluar dari Hutan BerengSek ini !!”
Namun gadis itu hanya diam, dan menatapku, “lepaskan aku dari rantai dan kayu pasung ini” ucapnya menatapku tajam,
“kenapa aku harus melakukan itu” tanyaku padanya.
“Karna Cuma aku yang bisa menghentikanya!!” ucapnya dengan nada Lirih,
Aku sejenak berfikir dan menatap teman teman ku kemudian ku ambil keputusan untuk melepaskan ikatan itu,
“jangan !! bagaimana bila ini jebakan bukankah kita tidak boleh mudah percaya” ucap Aris mengingatkan aku,
Aku terdiam dalam kebimbangan hingga aku pun mengambil langkah untuk melepaskan nya meski aku tau akan beresiko.
Ku lepaskan ikatan itu dan dia berdiri dari tempatnya kemudian menatap ke langit yang masih gelap akibat hujan di tengah malam itu,
“bagaimana kami bisa keluar dari tempat ini!!” ucapku kepadanya yang tengah menatap ke langit itu,
“2 hari lagi adalah gerhana bulan dan itu adalah malam Kliwon kelahiranku dan kelahiranmu” ucapnya yang membuatku sangat terkejut karna aku tidak pernah mengatakan padanya bila aku lahir pada Kliwon,
“bagaimana kau bisa tahu tentang itu” tanyaku yang ketakutan mendengarkan itu,
“Kau dan aku sama, kita sama sama istimewa . “ ucapnya yang membuatku semakin penasaran seolah ada misteri yang di tutupi,
Hingga dia mulai melangkahkan kaki nya ke dalam kamar dimana ada Febri disana.
Dan Febri yang melihat sosok misterius itu sontak bertanya , “Siapa kau !!” ucapnya dengan nada tinggi!!
Namun sosok itu melangkah ke kursi yang di pakai Dwi, dan menatap kearah jendela..
“Malam ini juga kita harus bergerak !! ucapnya kepada kami ,
“lalu bagaimana dengan Febri” ucap ku pada mereka,
“Mungkin lebih baik aku yang menjaganya” ucap Ovan namun Aris memotong pembicaraan itu,
“Biar aku yang menjaganya kalian harus menemukan Dwi” ucap Aris, dan kami mulai bergerak dengan Ayu yang kami kenal sebagai Sinarsih itu,
Kami menembus rimbunya hutan itu, di iringi hujan yang rintih kami menembus besarnya pepohonan itu, sementara Ovan masih erat mengenggam senapan itu,
Dan di balik langkah itu aku menemukan ke anehan pada diri gadis itu entah kenapa aku merasakan ada yang ganjil dari semua ini, namun kami tidak memiliki pilihan lain hingga kami terhenti di sebuah pohon,
“kenapa berhenti”
“kau mendengarnya” ucapnya padaku sejenak aku menutup mata ku dan memang aku mendengarkan sesuatu,
Sebuah suara Tawa yang mengerikan , dan sair itu..
Aku membuka mata ku dan tertuju pada sebuah tempat,
“Suara apa itu”
Itu Adalah dia , dia sedang berpesta dengan temanmu” ucapnya misterius.. dan kami mulai melanjukan langkah kami namun kali ini kami melangkah dengan sangat pelan, hujan kian membasahi tubuh kami,
Dan bulukudukku berdiri ketika sair itu kian jelas aku dengar ,
“apa ini”jantungku tak henti hentinya berdegup dengan kencang dan langkahku kian berat mendekati suara itu, aku mulai melihat Sinarsih berjalan kian aneh dimana kaki kirinya seperti pincang,
Hingga Tarikan Ovan mengejutkan ku dan secepat itu Ovan menutup Mulutku,
“diam!! Aku merasakan ada yang aneh dengan dirinya” ucap Ovan membisikkan kalimat itu,
“apa maksutmu” ucapku,
“aku tidak tau namun Gadis itu seperti menyembunyikan sesuatu, bukankah kalian lahir pada Kliwon kan “ Tanya Ovan padaku,
“ya “ jawabku singkat!!”
“bukankah ada yang aneh dari kalian berdua, bila Livia mati karna memiliki kesamaan weton dengan Aris kenapa kalian tidak ada yang mati, dan dia juga bilang bukan Kliwon adalah weton istimewa, pasti dia menyembunyikan sesuatu,
Ucap Ovan yang membuatku tersadar akan sesuatu, seketika keringatku bercucuran , aku menghentikan langkahku, dan seketika itu Sinarsih pun terhenti kembali menatapku dengan tatapan polos,
“kenapa kalian berhenti”
“siapa kau sebenarnya”
Dan saat itu juga wajah itu tersenyum dengan sangat mengerikan tatapan mata tajam sinis membuat kami melangkah mundur..
“Hiiiiii…. Hiiiiiii… Hiiiiiii…” tawa cekikian itu aku mendengarnya..
Dan tiba tiba sebuah tangan muncul dari punggungnya tangan putih pucat dengan kuku hitam panjang yang mengerikan ,
Hingga wajah mengerikan itu muncul , yaitu Nini Towok yang tertawa lepas menatap kami,
“Hiiiii… Hiiiii.. Arek Cilik Wes podo Sadar hiii.. hiiii..”
Dan Ovan mengarahkan senapan itu ke wajah sosok itu namun aku masih menunggu apa yang di inginkan oleh sosok ini,
“siapa kau!!!” teriak ku dengan nada tinggi itu,
Dan Sinarsih semakin menatap kami tajam sembari menggendong Nini Towok yang berada tepat di punggungnya,
“tunggu !! sekarang aku tau semua ini..” ucapku padanya yang membuat Ovan menatapku ..
“apa maksutmu”
Namun Sinarsih memotong pembicaraanku,
“Hiiii… Hiiiiii,…. Hiiii… ternyata kau baru menyadarinya bukankah kau sudah tau siapa aku . Aku adalah Sinarsih Aku yang selama ini memilihmu , dan aku yang membawamu kesini, aku yang akan membangkitkan semua karna kau adalah Pangurupan ku .. kau akan membebaskan ku dari hutan Terkutuk ini” ucapnya dengan nada tinggi di iringi petir yang menggelegar ..
“kau memilihku, apa maksutmu”
“ada 2 ketentuan untuk menjadi Sinarsih , dia lahir pada saat bulan purnama tepat pada Malam Kliwon, dan kau memenuhi itu, lalu kau memiliki garis Jawa sebagai Panutan (kejawen) itu sudah cukup untuk menjadi Pangurupan ku (Pertukaranku) aku akan menggunakanmu sebagai peranakanku, kau akan menggantikan ku sebagai Sinarsih di Hutan ini dengan Cucu di punggungmu,”
Kini aku terdiam dan mengerti semua ini ,
Seketika Ovan melepaskan Tembakan itu tepat di kepala Sinarsih .. Dorrr!!
Sinarsih terjatuh dengan tembakan tepat di keningnya, seketika itu Nini Towok menatap kami dan melihat jasad Sinarsih yang terbaring karna tembakan itu, namun Sinarsih bergerak dan berdiri kembali, menatap kami dengan peluru di kepalanya yang bersimbah darah,.
“aku tidak akan mati hanya karna ini Bodoh !!” ucapnya ,.
Dan seketika Nini Towok merangkak mengejar kami, aku dan Ovan sontak berlari menghindari cengkraman Nini Towok yang merangkak mengejar kami,
Aku harus selamat karna aku mulai mengerti dengan semua ini siapa aku dan dimana aku ..
Aku harus selamat!! Ucapku sembari berlari bersama Ovan di tengah kegelapan Malam di temai Hujan yang semakin deras itu..
Forest Of Death Part 9
Aku berlari dengan nafas yang memburu lebih tinggi dari biasanya ,
“Cepat lari!! Aku akan menghentikanya sementara !!” Ucap Ovan dengan berteriak di tengah hujan itu,
“Apa kau gila !! dia bukan manusia , dia bisa mencabik cabik tubuhmu “ ucapku menarik tangan Ovan,
“Dengar aku tau apa yang harus aku lakukan , kau lebih penting karna kau lah yang akan bisa menghentikan semua ini !!” ucap Ovan memegang kepalaku dengan lembut,
“Tidak,!! Van aku gak akan pergi kalau kamu gak ikut!!” ucapku,
Dan seketika Ovan menatap Langit yang gelap dengan petir kilat yang sesekali muncul,
“Hai, kau mendengarkanya” ucapnya padaku,
“Apa” tanyaku yang tidak mendengarkan apa apa,
“tutup mata mu dan dengar lah itu rasakan setiap ritme detakan itu” ucap Ovan menutup mata ku,
Hingga tangan Ovan mengarahkan tanganku mengenggam jantung di dada nya, sembari terdiam membisu aku mendengarkan ucapan Ovan yang sangat lembut.
“Hai , sudah lama aku ingin mengatakan ini namun aku tidak bisa mengatakanya padamu, bila kau melihatku sebagai seorang yang pemberani dan hebat namun sebenarnya aku sangat lemah apalagi bila berada di dekatmu, mungkin ini adalah tempat yang tidak tepat untuk ku mengatakan ini namun aku ingin mengatakanya sebelum aku menyesal” ucap Ovan yang membuatku membuka mata .
“apa maksutmu Van” Tanya ku padanya.
“Aku Suka sama kamu . “
Seketika aku bagai patung yang tidak dapat melakukan apa apa , aku hanya mampu terdiam melihat mata Ovan yang berkaca kaca, ternyata Ovan benar benar menyukaiku kenapa saat seperti ini, gumamku melihat Ovan yang tersenyum meski kami tahu entah apa kah kami akan selamat dari Hutan terkutuk ini hidup ataukah mati yang aku tahu , Ucapan Ovan membuatku tidak dapat melakukan apa apa,
Seketika Ovan mencium keningku dan memelukku, di dingin malam itu aku benar benar merasakan kehangatan yang luar biasa, jantungku tak henti hentinya berdetak dengan cepat entah karna takut atau cemas,
Hingga Ovan melihat ku dengan mata itu, dan seketika Ovan membisikkan padaku,
“Maafkan aku “ ucapnya misterius dan seketika aku sadar bila Ovan mendorongku hingga aku terjatuh dari tempat itu ke jurang ..
Aku mencoba untuk menahan tubuhku namun aku masih bisa untuk berdiri meski kaki kanan ku terasa sakit, Ovan melakukan ini agar aku selamat dari Cengkaraman Nini Towok itu lalu bagaimana dengan Ovan ,
Ucapku lirih, aku mencoba untuk bangkit dan berjalan menuju ke Ovan , hujan kian lebat bahkan entah kenapa dengan hujan ini seakan akan tidak bisa untuk Reda,
di sela perjalananku menuju ke tempat Ovan aku terdiam sendiri di bawah Pohon itu, kaki ku dingin tak bisa bergerak sejenak aku terduduk diam sembari memikirkan semua ini, aku kumpulkan apa yang aku ketahui,
ku ambil sebuah ranting dan mulai ku gambar garis yang di Buat Sinarsih, ku mulai cocokkan semua angka kematian itu, dan seketika aku tersadar bila dalam garis ini terdapat sebuah symbol yang kini sudah jelas , Sebuah Garis kembar membujur ku samakan dengan ucapan itu ..
dari dua garis kembar itu tersilang bulan kelahiranku Kliwon bila garis ini menggambarkan penggambaran Kliwon yaitu aku dan dia, maka garis lain adalah penghubung antara satu tubuh yang di maksut , Sinarsih adalah pangurupan (Pertukaran ) jiwa manusia dan iblis,
Sinarsih tidak bisa mati karna Senapan , kenapa. Pasti ada yang salah dari semua ini, dan hutan ini adalah Hutan yang berada di Dunia lain bukan Dunia kami artinya semua pohon yang ada disini adalah Pohon yang bukan berada di Dunia ku,
Dan maksut garis ini adakah yang salah, dia juga mengatakan bila aku sama denganya , dia menginginkan aku sebagai pengganti segel dari Hutan terkutuk ini hingga aku menyadarinya,
Ku ambil garis tengah dan ku seret ke atas hingga jawaban itu semua sudah jelas, ini bukan sebuah Simbol kepala Kerbau melainkan penggambaran dunia kami,
Sinarsih tidak dapat mati karna tubuh yang sebenarnya ada di Dunia nyata , dan kami terjebak di dalam Hutan terkutuk ini, dia lah yang ingin membangkitkan Nini Towok dan gambar ini adalah Gambar Simbol Sabara Dwi (Anak kembar yang terlahir bukan dari rahim yang sama ) kini aku sudah mulai mengerti akan teka teki Hutan ini namun bagaimana aku menyampaikan semua ke Ovan dan yang lainya bila aku tidak dapat bergerak seperti ini,
“Nang kene Koen Ndok”
Aku terdiam mendengarkan suara itu dan ku balikkan kepala ku hingga melihat sosok itu yang menatapku di atas sebuah Pohon dan seketika dia merangkak Turun menghampiriku, aku mencoba berdiri namun Kaki ku tiba tiba Lumpuh ,. Aku merangkak sejauh yang aku bisa namun Sosok itu merangkak lebih cepat kearah ku. aku yang sudah tersudut hanya dapat meihat wajahnya yang mengerikan gigi – gigi hitam itu membuatku hanya mampu menahan takut ku,
Dan dari senyuman itu kini muncul kepala itu namun ada yang berbeda bila dahulu kepala itu berwajahkan seorang bayi kini kepala itu berwajahkan seorang anak perempuan kecil yang sangat mengerikan terdapat bekas luka sayatan pisau ku bila itu adalah Sosok yang dahulu pernah aku sayat ..
Namun kenapa tiba tiba dia menjadi tampak dewasa apakah sosok itu , Cucu dari Nini Towok adalah Sosok yang mampu tumbuh menjadi dewasa seiring waktu yang berjalan ,
Aku terus merangkak mundur sedangkan sosok itu merangkak semakin mendekatiku, “Apa yang kau inginkan “
“Hiiiii….Hiiii….. Kabeh Podo mlayu nek Perkoro Nyowo, Hiii…Hiiiii… Nangis o nduk , Nangis o sing banter ndok (Semuanya sama saja berlari bila berurusan dengan nyawa , menangis lah kamu menangislah yang kencang ,)”
“Aku gak wedi ambek Raimu “ (Aku tidak takut dengan Dirimu) ucapku padanya,
“Hiiiii.. Hiiii.. Koncomu podo Mati amergo Awakmu dewe ndok , dudu no wedi mu .. Duduno gok ngarepku !!!” (Semua temanmu mati karna dirimu , tunjukkan ketakutan mu padaku )”
“opo sing dadi tujuanmu sak bener e” (apa yang menjadi Tujuan mu sebenarnya)
“Nyowomu, Rogo mu, lan Batinmu (Nyawamu, Raga mu dan Batin mu )”
Hingga Sosok itu menunjukkan sesuatu , kini muncul sebuah tangan di punggungnya yang aku yakini milik salah satu dari kepala itu, kini ada 3 tangan yang aku lihat dengan 2 kepala yang menatapku mengerikan ,
Dan sosok itu melemparkan sesuatu kepadaku, seperti Batok kelapa. entah apa itu karna saat itu malam membuat ku tidak dapat melihat apa apa,
“Iku kanggo Awakmu ndok , delok en opo iku” ucapnya dengan nada parau itu, aku mendekati Batok kelapa itu hingga aku menjerit sekeras kerasnya ..
“AAAghhhh” ketika yang aku lihat adalah potongan kepala Dwi yang menghilang dengan misterius,
“Koen iku Bangs*t!!! “ ucapku dengan linangan air mata , sekilas aku terdiam kepalaku terasa akan pecah , bila Dwi mati dengan cara ini lalu bagaimana dengan Ovan bagaimana kah nasibnya , aku tidak tau yang jelas dia pasti sudah melakukan sesuatu pada Ovan,
Kali ini aku teringat akan sebuah umpatan ,
Dan aku mulai menatap Sosok itu sangat tajam , ku kuatkan kaki ku melangkah padanya .’
“yen bangko sing mok dolek I jero Sawayangan iki (bila kematian yang kau cari dalam cerita ini)”
“tak dudu no opo iku mati Rogo lan Batin e Menungso” (maka aku akan tunjukkan kelebihan raga dan Batin manusia”)
“Menungso yen di usrik, isok luweh kejem teko Setan sing Koyok Raimu “ (manusia bila di usik maka akan bisa lebih kejam dari Sifat Setan yang seperti mu”
Seketika ku lihat Sesak Dadaku, menatap makhluk itu sudah tidak terkira betapa marahnya aku,
Seluruh tubuhku dingin tak terkira , wajah ketakutan itu lenyap dengan sendirinya, aku berdiri dengan yakin bila aku akan memusnahkan makhluk ini yang mencoba menyebrang dari Dunia ini melalui pertukaan tubuh .
“Aku gelem nerimo Bital mu nang njero Awak ku nanging aku kepingin gawe siji Sarat “ (aku mau menerima keberadaanmu dalam tubuhku namun aku menginginkan satu sarat)”
“Opo sing ngange sarat mu ndok “ ucapnya padaku,
“Nyowo di bales ambek Nyowo, Aku kepingin Sinarsih mati ndek ngarepku “ (Nyawa dibalas dengan nyawa aku ingin dia (Sinarsih) mati di depanku)”
“Koen iki Ero opo gak ndok opo sing mok omongno” (kamu tau atau tidak sebenarnya apa yang kau katakan) ucapnya dengan menatap tajam diriku,
Aku menggelengkan kepalaku seolah belum mengerti tentang semua ini,
“Awakmu iku yow Sinarsih “ (dirimu juga adalah Seorang Sinarsih)
Sontak aku terkejut , ini lah kunci dari semua ini, gadis itu dia bernama Ayu dan Dia menyandang nama Sinarsih , aku melupakan Buku itu bila Sinarsih bukanlah sebuah nama namun sebuah penobatan (Tumbal) dari Hutan ini yang membutuhkan seorang Tumbal,
Bila aku juga adalah Sinarsih (Tumbal) maka artinya ada 2 tumbal di dalam Hutan ini dan ini lah Alasan sebenarnya dia mengatakan bila aku harus menggantikanya , dia pernah menemuiku di dalam mimpiku dengan memakai tubuh seorang gadis kecil di dalam kabut dan berulang kali dia memintaku untuk menggantikanya karna dia ingin menyebrang ke Dunia nyata melalui tubuhku,
Ya, Gadis itu (Ayu ) dia memiliki satu tujuan kembali ke Dunia nyata untuk keperluan tertentu karna disini raga kami di dunia nyata telah mati dan Hidup di dalam Hutan terkutuk ini, dan makhluk ini,
Buku itu mengatakan “Sinarsih ing Amuru saking Sak makhluk siji” (Sinarsih memiliki satu makhluk yang menjaganya) itu adalah Nini Towok, maka satu dari 2 kepala ini akan menjadi milik ku,
Aku mengerti apa yang harus aku lakukan , aku harus memebunuh dia (ayu) dengan syarat aku memiliki satu dari Nini Towok ini,
“Ndokk.. yow opo , wes wayae ndok !!” (nak bagaimana ini adalah saatnya) ucapnya dengan nada parau itu,
Dan seketika dia merangkak menghampiriku, dan membisikkan kalimat itu,
“Cucuku kudu onok sing njogo, sak iki wes wayae dek ne melok awakmu “ (cucu ku sudah saatnya ada yang menjaga dan ini adalah waktunya dia ikut denganmu)
Aku terdiam memikirkan itu, bila aku menerima ini maka konsekuensi yang aku dapat aku akan bertarung dengan dirinya, karna kami memiliki Nini Towok di dalam tubuh kami masing masing, lalu yang menjadi pertanyaanku adalah bila aku menang dan berhasil membunuhnya maka aku akan menjadi Sinarsih dan akan tinggal di Hutan ini selamanya, namun bila aku kalah maka dia akan tetap tinggal disini, lalu sebenarnya apa rencananya pasti ada tata cara yang dia tahu untuk dapat kembali ke dunia nyata , dia pasti menyembunyikan sesuatu.,
“nang ndi sak iki konco ku” ucapku padanya,
“Sik Uripe , kabeh mati kudu melok Alur e dewed ewe , gorong wayae mati “ (dia masih hidup semua mati dengan mengikuti alurnya sendiri sendiri, dan belum saatnya mati)
Benarkah Ovan masih Hidup bila benar maka Aris lah yang seharusnya mati sekarang namun kemana Ayu akan pergi, aku melangkah kembali ke Pondok itu, dan kali ini aku belum mengambil keputusan untuk menjadi Sinarsih atau Tumbal itu,
Aku harus mencari tau rahasia yang di sembunyikan Ayu,
Sementara itu..
“Aku mau pulang” tangis Febri di atas ranjang itu,
“Hai, semuanya akan baik baik saja Ovan dan Nanda pasti tau apa yang harus mereka lakukan , mereka akan membawa kita keluar dari Hutan terkutuk ini” ucap Aris menenangkan Febri,
Hingga suara teriakan itu mengejutkan mereka dari pintu itu, Braakkk!!!
“mereka , mereka Mati!!” ucap Ayu yang sontak membuat Aris dan Febri terkejut,
“Mati!! Apa kau bilang , apa yang terjadi “ ucapnya dengan ketakutan itu,
“Kami bertemu denganya , dia Nini Towok itu dia membunuh Ovan dan Nanda, aku mencoba berlari dan menyelamatkan mereka namun aku terlambat !”
Sontak Aris terduduk menangis, mendengarkan berita itu ..
“Aku tidak percaya dengan semua ini!! “
Dan Seketika Ayu berdiri dan menatap tajam Aris sementara Febri semakin menangis mendengarkan semua itu,
“kenapa ini semua menjadi seperti ini, seharusnya kami tertawa dan bersenang senang bersama namun kenapa menjadi seperti ini!!” ucap Aris sembari memukul kepalanya, dan Ayu mulai mengambil sebuah Pisau di pintu itu, menatap Aris dengan wajah yang sadis,
“Hai, sudah lah jangan menyalahkan dirimu ini semua karna salah ku” ucap Ayu
Aris menatap Ayu yang tampak berlumurkan darah di bajunya,
Seketika Aris berdiri dan menghampiri Ayu untuk sekedar melihat luka dan darah itu,
“apa yang terjadi denganmu” ucap Aris ..
“aku terluka akibat makhluk itu” ucapnya dengan nada lirih dan sekilas tangan kanan itu, Ayu pun mulai mengeluarkan pisau yang di sembunyikan di tangan kananya di balik punggung itu, sementara Febri hanya menangis menutupi wajahnya dengan kedua tanganya,
Seketika , Pisau terangkat di saat Aris tidak siap menerima serangan itu,
Namun saura itu muncul, “Dorrr!!”
“Minggir Ris , dialah yang melakukanya” tiba tiba Ovan keluar dan menembak Bahu kanan Ayu hingga tersungkur jatuh namun pisau itu sudah menancap di dada Aris, Aris merangkak mundur dengan simbah darah di tubuhnya darah tak henti-hentinya keluar dan Ovan segera berlari menarik Aris dari tempat Ayu berada,
Ayu yang bersimbah darah justru tertawa dengan sangat misterius.
“Hiiiiihiiii… Sebentar lagi semua akan selesai namun kau masih saja mengangguku” ucap Ayu dengan nada Tinggi,
“Tidak mungkin , tidak mungkin dia berdiri kembali setelah mendapatkan tembakan seperti itu” ucap Aris yang menatap aneh melihat Ayu berdiri dengan Bahu yang bolong akibat senapan itu,
“dia dia lah Tuan dari Nini Towok itu, dan dia tidak bisa mati di dalam hutan ini karna raga nya berada di Dunia nyata” ucap Ovan menjelaskan itu pada Aris sementara Febri menahan takut di atas ranjang,
“darah yang kita miliki dia membutuhkanya untuk membuat Satu kepala Dari Nini Towok itu menjadi dewasa” ucap terus Ovan .,
“Dewasa, apa maksutmu Van”
“Nanda juga adalah Sinarsih, Sinarsih adalah Tumbal Hutan ini dan memiliki keistimewaan memiliki makhluk Nini Towok, namun dalam sejarahnya Nini Towok membawa kutukan yaitu janin yang dia telan akan menjadi parasit dalam tubuhnya sehingga kekuatanya akan melemah, di butuhkan Sinarsih untuk menjadi tempat tinggalnya, dan Nini Towok harus melepaskan Janin itu kepada Sinarsih yang lain, yaitu gadis jawa yang berdarah Kliwon dan itu lah Nanda , sejak awal dialah yang membawa kita semua kesini, dia ingin menyingkirkan Janin atau Cucu dari tubuh Nini Towok agar bisa menyelamatkan dirinya kembali ke Dunia nyata, namun untuk memindahkan Tubuh janin itu ke Tubuh Nanda, setidak nya Janin atau Cucu itu sudah dewasa, untuk membuat nya Dewasa dia harus memberikan darah kita sesuai urutan Weton jawa sebagai penambah umur , yaitu Pahing, Wage, Pon ,Legi dan Kliwon .. Livia dan Dwi sudah mati kini tinggal kita bertiga dimana Nanda tidak termasuk akibat darah Kliwon itu ..”
Ucap Ovan yang menatap Tajam Ayu yang tertawa semakin keras , entah apa yang akan terjadi bagaimanapun juga Nanda akan tau apa yang harus dia lakukan yang jelas kita harus bertahan hidup agar dia tidak mendapatkan setetes pun darah kita,
*******
Aku masih terdiam di dalam pelukan Nini Towok itu, aku harus mencari jalan agar keputusan yang kali ini akan aku ambil setidaknya tidak akan membuat teman-temanku celaka..
Forest Of Death Part 10 (Ending Season)
Selama ini aku barada di dalam Hutan yang berada di dalam Dunia yang mungkin tidak akan bisa di percaya namun semua disini nyata , mati di hutan ini sama saja dengan mati di Dunia nyata hanya itu lah yang dapat kusimpulkan dari diriku, dan di dalam hutan ini hiduplah satu makhluk yang memang terjebak di dalam Hutan ini bersama ku , ya dia adalah Nini towok .
Dan tujuan kami sama. kami ingin kembali ke Dunia kami yang nyata , tidak hanya aku dan Dia namun ada satu lagi yang memang sengaja berada di dalam Hutan ini guna menekan kekuatan Hutan ini agar dia tidak dapat keluar dengan sendirian , kami menyebutnya Sinarsih (Tumbal) namun ada alasan lain yang mungkin masih menjadi misteri dalam setiap apa yang aku temui ini,
Dan kini aku berdiri dengan dirinya, aku harus mencari apa yang di sembunyikan oleh Ayu yang kini menyandang nama Sinarsih di dalam Hutan ini.
Dan dia pasti tau bagaimana aku bisa kembali ke Dunia kami,
Ucapku di dalam hati dan ku langkahkan kaki ku menuju ke pondok itu aku yakin dia ada disana dan tujuanya adalah teman teman ku sesuai dari garis kematian Weton itu untuk membuat Cucu menjadi dewasa dan siap untuk bertukar nyawa denganku,
Aku berlari di tanah yang berlumuran lumpur itu karna hujan tak kunjung reda di iringi kilatan halilintar di sepanjang jalan,
******
lalu apa yang harus kita lakukan “ ucap lirih Aris kepada Ovan yang masih tajam menatap Ayu berlumurkan darah akibat tembakan itu,
“kita harus membunuhnya namun sepertinya tidak akan semudah itu” ucap singkat Ovan,
Sementara Dada Aris terus menerus berlumurkan darah hingga Aris berdiri dengan sempoyongan,
Sementara Febri menahan tatapanya pada apa yang terjadi, ingin sesekali Febri berlari dari tempat itu namun kaki nya yang tidak dapat bergerak membuatnya tidak dapat melakukan apa apa.
Seketika Aris berlari dengan Pisau yang tertancap di dadanya dan menuju ke Arah Ayu yang masih diam menatap mereka dengan bahu bolong akibat senapan itu namun tak di dapat raut kesakitan banyak yang berfikir sebenarnya siapa Ayu kenapa dia tidak mati dengan kepala yang berlumurkan darah dan tubuh seperti itu namun dia tetap gagah berdiri tanpa ada sakit,
“Bang*at , kau sudah membunuh Livia dan Dwi sekarang aku akan membunuhmu !! “ teriak Aris sembari berlari menuju kearah Ayu,
Hingga suara Senapan memenuhi ruangan itu, (Dorrrr!!) dan seketika Aris terjatuh dengan kaki yang berdarah akibat senapan itu, Aris menatap Ovan yang mengarahkan senapan itu padanya,
Dan tawa Ayu memenuhi Ruangan “Hahahahaha kau bilang akan membunuhku namun kenyataaanya kau mati di tangan temanmu” sementara Febri terdiam melihat kejadian temanya sendiri yang membunuh temanya,
“Apa yang kau lakukan Bodoh!!!!” teriak Febri gusar melihat Ovan yang sengaja menembak Aris,
Aris terjatuh menahan sakit dan menatap Ovan penuh kebencian,
“maafkan aku, namun aku sudah membuat pertukaran nyawaku dengan nyawamu (Aris)” sontak semua terdiam mendengar kesaksian itu,
“Kau Gila!! Kau benar benar Gilaaa!!” ucap Aris meneteskan Air mata , menyaksikan Sahabatnya sendiri dengan tega membunuhnya,
“lakukan sekarang daripada aku berubah pikiran “ ucap Ovan sinis sembari menatap ke Arah Ayu yang tersenyum sinis di dalam kehancuran itu.,
“baiklah” sahut Ayu yang melangkah mendekati Aris , seketika Ayu berdiri di hadapan Aris,
“apa yang kalian rencanakan , apa yang kalian ..!!”
Tiba tiba angin berubah menjadi sangat dingin dan sesekali menembus jantung itu membuat seisi ruangan tampak sangat mencekam,
Febri hanya mematung melihat sebuah kekuatan hitam menyelimuti ruangan itu, terlihat Ayu mulai membca sebuah mantra yang sontak membuat isi ruangan di selimuti hawa kematian yang sangat terasa,
“Setan Alas podo teko, Nyowo Nyowo podo ilang!! (Iblis hutan semua datanglah , nyawa nyawa akan melayang !!)
Tak korban o anak menungso, kangge mbayar nyowo sing dadi pangurupan jiwo (ku korbankan anak manusia untuk membayar nyawa yang jadi pertukaran jiwa)
Getih abang dadi siji ambek Getih ireng, kuat no, bangkito sing dadi penudan (Darah merah menjadi satu dengan darah hitam, kuat lah dan bangkitlah yang jadi Panutan)
Langit, Bumi, Lemah , Uwet podo dadi saksi pangurupan nguripi sing wes mati, bangkito .. bangkito (Langit, bumi, tanah dan pohon menjadi saksi pertukaran hidup yang sudah mati, bangkitlah.. bangkitlah ..)
Seketika Hujan kian menjadi sangat lebat dan di iringi petir yang menggelegar , tiba tiba sebuah suara yang mengerikan muncul dari balik lebatnya pohon dan dia pun datang dengan membawa kematian di punggungnya,
Pintu pondok terbuka akibat kencangnya angin dan di lihatlah Nini Towok yang tengah merangkak masuk untuk mengambil jiwa Aris yang tidak berdaya dengan itu,
“jangan jangan , “ ucap Aris yang melihat Nini towok merangkak dengan sangat cepat , dan seketika Teriakan Febri benar benar ,membuat semua orang hanya diam,
“Ovan, Apa yang kau lihat Bodoh selamatkan Aris , selamatkan Aris kenapa kau hanya diam !! kenapa !!” teriak Febri dengan linangan air mata di pipinya..
Namun Ovan hanya membuang muka menyaksikan kematian teman baiknya,
Hingga Aris pun pasrah dan diam di tempatnya menunggu akan kematian itu sebelum dia benar benar mati dia menatap Ovan dan mengatakan itu,
“jadi ini kah akhirnya , akhir dari persahabatan ini kau mengorbankan aku hanya untuk sebuah alasan, namun aku tahu Van kau bukan orang yang seperti itu kau pasti memiliki alasan yang kuat kenapa melakukan ini, namun alasan apapun yang kau pakai aku akan terima Van, dan aku akan tetap memaafkan mu sahabatku, selamat tinggal,”
Dan seketika Nini Towok mulai mencabik cabik leher itu dan menghisap semua darah nya , hingga Aris pun tak bernyawa lagi , darah membasahi lantai pondok kayu itu,
Sementara Febri menangis dan menutupi wajahnya dengan selimut itu,
Dan kini Cucu yang berada di Punggung itu membuka mata dan rambut hitam itu kini tumbuh menjadi rambut yang panjang dan hampir menyerupai wujud Nini Towok, ini lah gambaran kematian itu dengan tumbangnya satu darah dari weton jawa membuat Cucu semakin kuat dan siap !!
Ovan menatap tajam kearah Ayu yang seketika mendekati Nini towok yang baru saja membersihkan mulutnya dengan darah segar Aris,
Seketika Ayu mengatakan itu pada iblis itu,
“Si mbah sak iki wes wayae , si mbah kudu cepet bangkit sak durunge Gerhono”
ucap Ayu yang membuat Ovan penasaran apa yang di katakanya namun Nini Towok itu kini melihat Febri yang masih terbaring di atas ranjang itu., dan seketika Ovan tahu bila Ayu sudah mengingkari janjinya untuk menukarkan nyawanya dengan Aris dengan nyawa Nanda dan Febri,
“Hei!!! Apa yang kau lakukan apa yang kau katakan padanya “ ucap Ovan membentak Ayu yang terdiam melihat rangkakan Nini Towok yang menuju ke Arah Febri yang masih terdiam menutupi wajahnya dengan selimut itu,
“bukankah kau sudah berjanji tidak akan membunuh Nanda dan Febri bila aku mengorbankan nyawaku dan nyawa Aris” ucap Ovan lantang kepada Ayu,
“Hahaha, bukankah itu perjanjian yang kau buat sendiri dengan manusia namun aku bukan manusia .. maka semua kembali padaku” ucap Ayu yang seketika membuat Ovan sangat murka, dan mengarahkan senapan itu di wajah Ayu,
“apa kau akan membunuhku, bukankah kau tahu aku tidak bisa mati dengan semua benda seperti ini!!” ucap Ayu dengan tawa lirih,
Seketika Ovan berlari menuju ke Febri yang sadar akan kedatangan Nini Towok yang menuju ke arahnya,
“jangan mendekat!! Jangan mendekat !! “ ucap Febri yang terjatuh dari atas ranjangnya dan merangkak mundur akibat kaki nya yang masih tidak dapat dia gerakkan ,
Nini Towok itu diam menatap Ferbi yang ketakutan dengan Ovan yang barada di hadapanya ,
“aku tidak akan membiarkan mu membunuh temanku lagi” ucap Ovan yang menutupi tubuh Febri dengan dirinya namun ucapan itu justru membuat Febri semakin bingung!!
“apa maksutmu mengatakan itu , apa kau bodoh,, kau sudah jelas jelas mngorbankan temanmu sendiri (Aris ) dan mengatakan itu padaku , PER*ETAN dengamu .. FU*K buat mu” ucap Febri dengan mengacungkan jari tengahnya ke wajah Ovan.
Seketika kaki Ovan tertarik oleh Sosok itu dan sosok itu membisikkan kalimat itu,
“le. Dorong wayae awakmu mati, “ dan seketika Ovan terlempar dan menabrak Dinding kayu Pondok itu.
Ovan mencoba berdiri namun tubunya sempoyongan menahan sakit akibat lemparan itu dan di lihatnya lah, Febri yang merintih dengan teriakan memekikkan telinga itu, ketika Sosok Iblis itu mulai mencabik cabik tubunya dan menggerogoti lehernya, kembali Pondok itu terseribat bau anyir darah lagi, dan kini tinggal Ovan yang terdiam melihat semua temanya mati,
Dan kini tinggal Ovan, makhluk iblis itu kini melihat Ovan dan menatapnya tajam , sementara Cucu yang ada di punggungnya kini tengah mampu melihat dengan sempurna bahkan dia tersenyum melihat Ovan yang akan menjadi santapan terakhirnya,
Ovan terdiam pasrah menyaksikan suara langkah tangan Sosok itu yang merangkak menuju ke Arahnya dengan 2 kepala di pungggungnya..
Ovan hanya terdiam memikirkan kematian ke dua temanya yang tahu bila dirinya sudah berhianat namun alasan dia melakukan ini adalah karna dia ingin melihat Nanda dan Febri tetap hidup bila dia bisa menukarkan nyawanya dan nyawa temanya Aris, namu semua sudah terlambat kedua temanya mati karna dirinya, dan akan mengingatnya sebagai teman yang buruk,
Ovan berpasrah diam dan akan menerima kematianya yang kini ada di depan mata , namun sebelum dia mati dia teringat akan senyuman Nanda seseorang yang dia sayangi ,
Hingga Ovan pun memejamkan matanya, tapi suara itu membangunkanya,
“Cukup!!!!”
Seketika Ovan terpaku melihat pintu yang tengah berdiri seseorang yang dia sayangi Nanda.
*******
Aku terpaku menatap ke mata Ayu yang juga menatap tajam ke arahku,
“kau sudah terlambat , Nanda , semua temanmu akan menjadi bangkai pada malam ini, “ ucap Ayu dengan percaya diri,
Hingga aku terpaku menatap Ovan yang tengah terluka , ku lihat juga Iblis itu yang kini berada di hadapanya,
“aku akan membunuhmu” teriak ku , dan seketika berlari menuju ke Ayu, ku dorong Dia hingga terjatuh dan ku tampat dia , dan mulai ku tarik rambutnya ,
Dia merintih kesakitan sementara Ibis itu juga merasakan sakit, saat aku melakukan itu dengan Ayu aku tersadar bila Salah satu dari dua kepala itu adalah milik Ayu sebagai Sinarsih dan satu kepala lagi adalah milikku yang aku sebut dengan cucu, kepala yang berada di punggungnya kini berwajah hampir sempurna,
Mata ku terpaku menatap Senapan yang tergeletak di atas lantai itu, sekarang aku tahu bila aku dapat menyakitinya karna aku juga adalah Sinarsih, kami dapat saling menyakiti, ku arahkan senapan itu padanya ..
“jangan lakukan , aku mohon jangan lakukan !!” ucap Ayu yang ketakutan melihatku karna aku mengethaui semua rahasia itu,
Hingga tiba tiba aku terjatuh mendapat tarikan yang kuat dari Nini Towok itu, aku mencoba melepaskan tarikan itu, dan satu dari kepala itu (Cucu ) Berterikak dengan sangat keras ,
“Ojok melok urusan iki”
Dan aku tahu bila Cucu ingin melindungiku dari serangan Nini Towok milik Ayu , dan senapan itu terlempar ke lantai, aku terpaku menatap Senapan itu begitu juga dengan Ayu,
Sementara kedua kepala itu berkelahi dengan sendirinya,
Aku mencoba mengambil senapan itu, namun Ayu berhasil lebih cepat mengambilnya dan mengarahkanya padaku, seketika aku terdiam melihat Ayu mengarahkan senapan itu, Ovan mencoba merebutnya namun gagal karna Ayu berhasil menembak Ovan yang seketika itu melindungiku ..
Ovan merintih menahan sakit tepat di tubuhnya akibat tembakan itu dan seketika dia terkapar namun tetap hidup,
“kau tidak papa “ ucapku melihat Ovan,
“Sekarang kau yang akan mati” ucap Ayu sinis dan mengarahkan itu padaku,
Namun kini Senapan itu tidak berisikan peluru , sontak aku mendorong Ayu dan mencoba untuk mencekiknya, namun Ayu masih sangat kuat dan berhasil mendorongku, Ovan yang melihatku mencoba menghentikan Ayu dengan menarik kaki nya, Ayu yang tersungkur seketika di sergap Oleh Ovan dengan keadaan Terduduk ,
“Cepat bunuh Dia” ucap Ovan kepadaku,
Seketika aku melihat Pisau itu dan mengambilnya ku arahkan Pisau itu tepat di tenggorokan Ayu,
Hingga Ayu memuntahkan banyak Darah ,
Dan sama Halnya Ayu , Satu dari kepala Niini Towok itu juga menahan sakit ..
Namun Di sela kematian Ayu , Ayu mengucapkan satu kalimat yang meisterius padaku,
“Setan Alas seng Sebenero Wess mok Bangkitno, Getih lan nyowo podo kececeran ngook alas iki, “
(Iblis Hutan yang sebenarnya telah kau bangkitkan , darah dan nyawa akan berserakan di Hutan ini”
Dan seketika Ayu terjatuh tak bernyawa lagi,
Sementara Satu kepala itu tiba tiba terlepas dari tubuh itu, dan tertawa sangat mengerikan melihatku dan Ovan,
“Hiiii… Hiiii….Hiii.. Aku dorong sempurna , kurang siji “ (aku belum sempura tinggal satu lagi)
Ovan, Ovan!! Cepat lari” teriak ku mengatakan itu pada Ovan namun Ovan hanya diam dan menatapku sembari tersenyum ,
“Sepertinya ini adalah akhirku ,, sebelum aku mati aku ingin sekali saja melihatmu tersenyum dan aku ingin mengatakan bila Aku menCint…….“
Namun sebelum Ovan mengatakan itu Sosok itu sudah membunuh Ovan dan menghisap habis darah itu, Aku tersungkur jatuh dan menddadak semuanya gelap ,
“Livia, Dwi, Aris, Febri dan kini Ovan, teman temanku maafkan aku!” ucapku lirih ..
******
Ketika aku terbangun aku sudah berada di Sudut tembok itu, ku lihat semua temanku sudah tidak ada dan aku sendirian di Hutan ini,
Aku berdiri dan mendekati mereka , Aris, Febri dan Ovan mati dengan sangat tragis, aku menangis hingga suara itu mengejutkan aku,
Ku lihat kepala Cucu sudah ada di pungungku ,
“ndok, sak iki aku iku awakmu lan awakmu iku aku, “ ucapnya,
Kini aku adalah Sinarsih yang baru di hutan ini,
Dan aku akan berada di dalam hutan ini, mataku tertuju pada tempat dimana Ayu dahulu tinggal aku berdiri dan bersiap akan menuju ke sana , namun langkahku terhenti ketika mendengarkan sauar handponku berbunyi,
“tutttt…tuuuuuttt…tuttt!!”
Ku lihat handpone itu di sebelah Febri , ku angkat dan itu adalah Nathan ..
“Halo, Nanda sekarang kamu dimana aku akan menuju ke sana bersama saudara mu!! Tunggu aku . aku akan menyelamatkanmu ..”
Namun saat aku akan mengatakan bila lebih baik jangan menyelamatkanku karna semua ini akan membawa malapetaka itu terulang kembali tapi panggilan itu tertutup,
Dan Nathan akan bersama saudara ku, aku pun tersadar ketakutan hari ini akan terulang lagi,
Kini aku rantai tangan dan kaki ku di bawah ruangan pondok ini, dan aku harus siap menjadi Sinarsih yang baru d Hutan ini..
The END ( Forest Of Death Season 1)…
NB: Akankah Nanda mampu melepaskan dirinya dari genggaman Cucu (Nini Towok) dan keluar dari Hutan terkutuk itu,
dan bisakah Nathan menyelamatkan Nanda yang kini tengah menyandang nama Sinarsih (Tumbal).
siapakah Saudara dari Nanda yang akan datang membantu semua ini, tungu kelanjutan Cerita "Foresh Of Death 2".
KARYA : Fio si'Pemimpi
Demikianlah update terbaru dari kami seputar "Cerita Hantu Menyeramkan "Forest Of Death Season 1" semoga bermanfaat bagi kamu semua :).
Cerita Hantu Menyeramkan "Forest Of Death Season 1"
Cerita Hantu Menyeramkan "Forest Of Death Season 1"
"Cerita Hantu Menyeramkan "Forest Of Death Season 1"" Was posted by Blog Facebook 2016 01:24, under Cerita Hantu and permalink http://facebook-co-id-blog.blogspot.com/2013/05/cerita-hantu-menyeramkan-forest-of.html.Baca Juga:
Tinggalkan Komentar: